Bank Saudara Gaet Bisnis Valas Medco

Bank Saudara Gaet Bisnis Valas Medco

- detikFinance
Jumat, 15 Des 2006 11:39 WIB
Jakarta - PT Bank Himpunan Saudara HS 1906 Tbk (Bank Saudara) akan menggaet peluang bisnis ekspor impor grup Medco yang memerlukan banyak valuta asing. Hal ini seiring dengan rencana Bank Saudara untuk beralih menjadi bank devisa."Kalau dilihat dari potensi, ukurannya cukup signifikan. Itu tergambar dari laporan keuangan Medco," kata Dirut Bank Saudara, Farid Rahman.Hal itu diungkapkan Farid disela-sela acara pencatatan perdana saham Bank Saudara di Gedung Bursa Efek Jakarta (BEJ), Jumat (15/12/2006).Menurut Farid, semua bisnis yang terkait dengan kebutuhan valas Medco, bisa diambil alih oleh Bank Saudara. Bisnis yang terkait kebutuhan valas itu seperti ekspor gas dan metanol. Sementara untuk minyak tidak bisa diambil alih semua karena tertangani oleh Pertamina. Bank Saudara merupakan perusahaan terafiliasi dengan Kelompok Usaha Medco milik pengusaha Arifin Panigoro.Namun menurut Farid, penanganan bisnis valas Medco oleh Bank Saudara tidak bertentangan dengan peraturan Bank Indonesia (BI), karena Bank Saudara tidak melakukan pembiayaan terhadap Grup Medco.Selain menggarap bisnis ekspor impor Medco, Bank Saudara juga akan merangkul kebutuhan valas Sarana Jabar Ventura, sebuah perusahaan kerajinan ekspor yang juga dimiliki Grup Medco.MergerFarid menjelaskan, saat ini ada beberapa bank yang melakukan penjajakan merger dengan Bank Saudara. Namun proses ini masih dalam tahap yang sangat awal.Bank-bank tersebut melakukan pendekatan merger untuk meningkatkan permodalan agar kedepannya tidak digolongkan sebagai bank dengan kegiatan terbatas.Modal Bank Saudara pasca-IPO sudah mencapai Rp 150 miliar. Jumlah ini sudah diatas ketentuan peraturan BI yang menetapkan modal minimum Rp 80 miliar tahun 2008 dan Rp 100 miliar tahun 2010.Bank Saudara menargetkan kredit sampai akhir 2006 sebesar Rp 750 miliar. Sedangkan tahun 2008, pertumbuhan kredit diharapkan naik 20 persen menjadi sekitar Rp 900 miliar, yang sumbernya dari dana pihak ketiga (DPK)."10 persen akan disalurkan ke UKM, sisanya ke bisnis lain. Kita ada kredit pegawai, kredit pensiun dan juga untuk pembiayaan ekspor," jelas Farid. (ir/qom)

Hide Ads