Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indawati menyebut pelemahan rupiah terhadap dolar AS masih lebih baik dibandingkan melemahnya mata yang negara lain terhadap dolar AS. Ia membandingkan dengan mata uang Malaysia Ringgit dan Thailand, Baht.
"Nilai tukar rupiah akhir triwulan I-2024 mengalami depresiasi 2,89% year to date sampai dengan 28 Maret 2024. Ini lebih rendah depresiasinya dibandingkan mata uang beberapa negara seperti baht 6,41% depresiasi year to date dengan periode yang sama dengan rupiah. Ringit Malaysia mengalami depresiasi 2,97%," kata dalam konferensi pers Hasil Rapat Berkala KSSK II Tahun 2024, dikutip dari YouTube Kemenkeu, Jumat (3/5/2024).
Menguatnya dolar AS didorong oleh berpalingnya arus modal dari negara-negara berkembang ke AS. Itulah sebabnya mata uang berbagai negara mengalami pelemahan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Yield US tresury telah menyebabkan terjadinya arus modal porfolio keluar dari negara negara berkembang pindah ke Amerika Serikat dan ini menyebabkan penguatan mata uang US$, melemahnya nilai tukar berbagai mata uang dari berbagai negara," terangnya.
Sri Mulyani mengungkap pergerakan indeks dolar sempat menunjukkan penguatan pada level tertinggi mencapai 106,25 pada 16 April lalu. Kemudian dolar mengalami depresiasi 4,48% dibandingkan dengan level pada tahun 2023. Perkembangan ini pun memberikan tekanan terhadap mata uang seluruh dunia, termasuk rupiah.
"Pada penutupan pasar 26 April 2024, Yen dari mata uang Jepang, won mata uang Korea masing-masing bahkan pelemahan sangat tajam mencapai 10,92% untuk yen, 6,34% year to date won. Mata uang Thailand baht melemah 7,63% ytd, rupiah mengalami pelemahan yaitu 5,02% ytd masih relatif lebih rendah," pungkasnya.
(ada/rrd)