Dolar AS Mulai Ditendang dari Transaksi Dagang, Ini Datanya

Dolar AS Mulai Ditendang dari Transaksi Dagang, Ini Datanya

Ilyas Fadilah - detikFinance
Senin, 03 Jun 2024 13:56 WIB
Melanjutkan tren positif sejak Selasa kemarin, nilai tukar rupiah menguat melawan dolar AS.
Ilustrasi.Foto: Grandyos Zafna
Jakarta -

Penggunaan mata uang lokal atau local currency transaction (LCT) oleh importir dan eksportir semakin banyak. Hal ini diungkap oleh Calon Deputi Gubernur Senior (DGS) Bank Indonesia (BI), Destry Damayanti saat menjalani uji kelayakan dan kepatutan di DPR.

Menurutnya, pada 2021 baru ada 536 eksportir dan importir yang menggunakan LCT. Namun per April 2024 jumlahnya meningkat menjadi 3.537 eksportir dan importir.

"Optimalisasi LCT kita lakukan, bahwa jumlah pelaku LCT utu terus mengalami peningkatan. Kalau 2021 baru sekitar 536 eksportir dan importir, sekarang sudah meningkat di April 2024 sudah menjadi 3.537 eksportir dan importir," katanya dalam rapat di DPR, Jakarta Pusat, Senin (3/6/2024).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Jumlah transaksi LCT juga mengalami peningkatan, dari US$ 2,5 miliar atau Rp 40,50 triliun (kurs Rp 16.200) di tahun 2021 menjadi US$ 6,3 miliar atau Rp 102,06 triliun di 2023. Lalu per April 2024 transaksi LCT sudah menyentuh angka US$ 3 miliar atau Rp 48,60 triliun/

"Ini tentunya akan kami terus dorong ke depan agar terjadi diversifikasi eksposur mata uang, kemudian ada pengembangan mata uang regional, pengembangan akses atau partisipasi pelaku pasar dan efisiensi biaya transaksi," tuturnya.

ADVERTISEMENT

Pada kesempatan itu, ia menjelaskan bahwa investasi hingga perdagangan Indonesia masih mengandalkan mata uang Paman Sam. Contohnya, untuk impor AS yang setara 5% dari keseluruhan impor di Indonesia, penggunaan dolar AS justru tembus 80%.

"Sebagai contoh, kita lihat impor kita dari AS sebenarnya hanya 5%. Tapi penggunaan dolar AS dalam impor kita itu 80% dari total value impor. Padahal impor dari AS hanya 5% dalam total impor. Ekspor hanya 10% tapi penggunaan dolar AS mencapai 93%," imbuhnya.

Oleh karena itu sejak tahun 2018 dikenalkanlah strategi LCT, dimulai dengan Thailand, Malaysia, Jepang dan China. Kerja sama LCT terus dikembangkan ke negara-negara lain seperti Korea, Singapura, hingga Uni Emirat Arab.

"Nah oleh karena itu sejak tahun 2018 diperkenalkanlah strategi LCT, dimulai dari Thailand, Malaysia, dilanjutkan Jepang, China, dan sekarang MoU sudah ditandatangan Korea, Singapura, dan Uni Emirat Arab. Dan kita akan terus mengembangkan mitra-mitra kita yang punya eksposure cukup tinggi dengan Indonesia dan mitra bersangkutan," pungkasnya.

Simak Video: Jokowi Sempat Ketar-ketir Dolar AS Sentuh Rp 16.200: Agak Ngeri Juga

[Gambas:Video 20detik]



(ily/hns)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads