Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo mengatakan nilai tukar Rupiah terhadap Dolar Amerika Serikat (AS) bakal menguat kembali. Optimisme ini berdasarkan pada kondisi fundamental ekonomi yang memang baik.
Perry memaparkan faktor makro ekonomi Indonesia yang bisa mendukung Rupiah menguat lagi. Misalnya inflasi yang terjaga di level rendah 2,8%, kemudian pertumbuhan ekonomi di level 5,11%, hingga pertumbuhan kredit yang mencapai 12%.
Hanya saja, Perry mengakui beberapa sentimen jangka pendek kemungkinan akan sedikit mengganggu tren penguatan rupiah. Mulai dari faktor dalam dan luar negeri.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Fundamentalnya ke depan rupiah akan menguat,cuma pergerakan dari bulan ke bulan tergantung dari sentimen-sentimen ini, tapi trennya rupiah akan menguat," ungkap Perry usai rapat internal di Istana Kepresidenan, Jakarta Pusat, Kamis (20/6/2024).
Perry mengatakan sejauh ini tren penguatan Dolar AS terhadap berbagai mata uang memang terjadi di dunia. Namun pelemahan yang terjadi terhadap mata uang Rupiah nilainya tak terlalu besar dibandingkan pelemahan mata uang lainnya.
Pelemahan nilai rupiah hanya sekitar 5,92% dari Desember 2023 hingga sekarang. Sementara itu pelemahan Won Korea Selatan jauh lebih tinggi hingga 6,78%, kemudian Baht Thailand juga melemah hingga 6,92%, dan Peso Meksiko melemah hingga 7,89%.
Kemudian, Real Brasil juga melemah sampai 10,63%, kemudian Yen Jepang juga melemah sampai 10,78%. Artinya, pelemahan Rupiah jauh lebih kecil dibandingkan mata uang lain di dunia.
"Jadi, pelemahan Rupiah itu memang relatif masih baik dan ke depan akan menguat. Fundamentalnya ke arah sana," beber Perry.
(hal/hns)