Ada Investor Ancam Cabut dari Bursa, BEI Respons Begini

Ada Investor Ancam Cabut dari Bursa, BEI Respons Begini

Ilyas Fadilah - detikFinance
Jumat, 05 Jul 2024 16:06 WIB
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengawali pekan ini dengan begitu cerah. IHSG dibuka dengan kokoh di zona hijau.
Ilustrasi Bursa Efek Indonesia - Foto: Agung Pambudhy
Jakarta -

Metode full call auction (FCA) di papan pemantauan khusus diprotes investor karena dinilai tidak transparan. Bahkan sempat muncul isu pemindahan aset dari pasar modal ke instrumen investasi lainnya.

Menanggapi hal tersebut Direktur Pengembangan Bursa Efek Indonesia Jeffrey Hendrik menilai pemindahan aset merupakan keputusan pribadi investor. Menurutnya dalam melakukan investasi investor cenderung mencari tingkat pengembalian terbaiknya.

"Pemindahan aset investasi tentunya adalah hak dan kewenangan masing-masing investor. Dalam melakukan investasi pasti mencari tingkat pengembalian terbaik sesuai dengan profil risikonya," katanya dalam temu media di Gedung BEI, Jakarta Pusat, Jumat (5/7/2024).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Dalam kondisi ini investor merasa untuk sementara saya mau memindahkan sebagian aset ke obligasi karena tingkat kupon bagus, silakan. Atau ke reksadana, silakan. Atau mau ke emas, silakan," tambah dia.

Namun, ia mengingatkan investasi di pasar modal adalah untuk jangka panjang. Ia mempersilakan investor untuk memanfaatkan itu.

ADVERTISEMENT

"Tapi yang kami sampaikan potensi investasi di pasar modal kita lihat jangka panjangnya. Silakan investor memanfaatkan itu," tuturnya.

Lalu, jika ada yang ingin membuat Bursa tandingan, Jeffrey menyerahkan hal itu kepada Otoritas Jasa Keuangan. Pasalnya regulasi yang mengatur hal tersebut berada di tangan OJK.

Protes terhadap FCA salah satunya muncul di situschange.org. Petisi yang dimulai oleh akun Saham Daily menyebut metode ini sangat merugikan investor dan menyebabkan volatilitas.

"FCA ini bisa menyebabkan harga saham turun hingga Rp 1. Penerapan Full Call Auction (FCA) di Bursa Efek Indonesia sangat merugikan investor. Sistem ini dapat menyebabkan volatilitas yang tinggi dan penurunan drastis ARB-ARB berhari-hari pada harga saham, yang mengakibatkan kerugian besar bagi para investor," pungkasnya.

(ily/kil)

Hide Ads