Bursa saham Jepang Nikkei terpantau anjlok pada Senin (5/8/2024). Penurunan saham Nikkei 225 dan Topix mencapai 12%, penurunan ini disebut-sebut lebih besar dari krisis 'Black Monday' yang terjadi pada 1987.
Dilansir dari CNBC indeks acuan itu jatuh lebih dari 20% dari level tertinggi sepanjang masa pada 11 Juli kemarin. Kerugian Nikkei berada di angka 12,4% atau 31,458.42 basis poin. Kerugian sebesar 4,451.28 poin pada indeks juga merupakan yang terbesar dalam aspek poin sepanjang sejarah Nikkei.
Sejumlah perusahaan besar Jepang merasakan dampaknya, mulai dari Mitsubishi, Mitsui and Co, Sumitomo, semuanya anjlok lebih dari 14%. Mitsui bahkan kehilangan hampir 20% kapitalisasi pasarnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Penurunan pada Senin mengikuti penurunan saham pada hari Jumat (2/8) ketika Nikkei 225 Jepang dan Topix masing-masing turun lebih dari 5% dan 6%. Penurunan Indeks Topix saat itu adalah yang terburuknya dalam delapan tahun terakhir, sedangkan penurunan Nikkei kala itu adalah yang terburuk sejak Maret 2020.
Pada perdagangan Senin (5/8), nilai mata uang yen pun menguat ke level tertinggi terhadap dolar sejak Januari 2024. Yen terakhir diperdagangkan pada 142,09/dolar.
Berdampak ke Bursa Saham Negara Lain
Ambrolnya Nikkei juga berdampak terhadap bursa saham negara lain, Kospi Korea Selatan turun 8,77% dan ditutup pada level 2,441.55 basis poin, sementara indeks Kospi ditutup melemah pada 691,28 basis poin dengan penurunan sebesar 11,3%.
Besarnya aksi jual saham oleh investor menyebabkan bursa mengaktitfkan kebijakan pemutusan arus (circuit breaker), indeks Kospi tutup lebih cepat pada pukul 14.14, adapun indeks Kosdaq tutup pukul 13.56. Penutupan terjadi selama 20 menit, pemutus sirkuit (circuit breaker) sendiri diaktifkan jika kenaikan atau penurunan saham berkisar di angka 8%.
Adapun indeks acuan Taiwan, Indeks Tertimbang Taiwan, turun lebih dari 8%, karena terseret oleh saham-saham teknologi dan real estat, S&P/ASX 200 Australia sendiri turun 3,7% menjadi 7.649,6 basis poin. Indeks Hang Seng Hong Kong turun 1,62% pada jam terakhir perdagangannya, sementara CSI 300 China turun 1,21% menjadi 3,343.32 basis poin.
Investor sendiri disebut sedang menunggu data perdagangan utama dari China dan Taiwan, serta keputusan bank sentral dari Australia dan India pada pekan ini. Sementara sektor jasa China, diketahui berkembang lebih cepat pada Juli, purchasing manager index (PMI) negara tersebut naik menjadi 52,1 poin pada Juli.
(kil/kil)