Proses pemilihan presiden Amerika Serikat (AS) sudah mencapai tahap perhitungan suara. Untuk saat ini capres Partai Republik Donald Trump masih lebih unggul daripada capres Partai Demokrat Kamala Harris.
Bahkan, media terkemuka Amerika Serikat (AS), Fox News, mengumumkan capres Partai Republik, mantan Presiden Donald Trump, sebagai pemenang pilpres tahun 2024 ini. Fox News dalam proyeksinya menyebut Trump telah meraup 277 suara elektoral, melampaui ambang batas yang dibutuhkan untuk memenangi pilpres.
Perlu diketahui, pemilihan presiden AS dilakukan berdasarkan hasil pemungutan suara elektoral (Electoral College). Di luar itu capres atau kandidat membutuhkan sedikitnya 270 suara Electoral College untuk menang, jika tidak ia akan otomatis gugur.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Melansir dari update laporan CNBC, Rabu (6/11/2024) per pukul 02:00 waktu AS atau 14.00 WIB, Donald Trump unggul dengan 266 suara elektoral dibandingkan Kamala Harris yang mendapat 194 suara elektoral. Namun hasil akhir masih belum diumumkan mengingat proses perhitungan suara masih berlangsung.
Ekonom sekaligus Direktur PT Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuaibi, mengatakan hasil pilpres AS bakal memberikan dampak terhadap Indonesia. Sebab tidak bisa dipungkiri hingga saat Negeri Paman Sam masih menjadi pusat ekonomi dan politik global.
Misal jika Donald Trump benar menjabat sebagai Presiden AS periode 2024-2028, maka ada kekhawatiran perang dagang antara Amerika dengan China maupun negara lain akan kembali terjadi. Hal inilah yang secara tidak langsung berpengaruh terhadap kondisi perekonomian RI.
Di sisi lain, Trump juga sudah berjanji akan menengahi berbagai konflik bersenjata atau militer di berbagai daerah. Artinya jika ia benar terpilih maka tensi geopolitik akan berkurang dan beberapa komoditas seperti emas akan stabil cenderung menurun.
"Saat kampanye Trump sendiri mengatakan bahwa setelah saya memenangkan pilpres di Amerika, setelah saya diangkat, disumpah ya sebagai presiden di gedung putih, program utama saya adalah menghentikan perang di Timur Tengah dan di Eropa," jelas Ibrahim.
"Nah dengan cara apa? Dengan cara kemungkinan besar Amerika tidak lagi memasok persenjataan baik ke Israel maupun ke Ukraina. Nah ini yang membuat pasar sedikit tenang," tambahnya lagi.
Sementara itu Direktur Eksekutif Segara Research Institute, Piter Abdullah, menyebut hasil pemilu AS nanti tidak akan memberi pengaruh besar terhadap perekonomian Indonesia. "Belum ada penelitian yang membuktikan ada dampak yang nyata dari pergantian presiden di Amerika ke perekonomian Indonesia," kata Piter.
Kalaupun ada, hasil pilpres AS ini paling hanya memberikan pengaruh tidak langsung, semisal fluktuasi nilai tukar dolar terhadap rupiah. Itupun menurutnya sangat kecil.
"Pengaruhnya tidak besar. Siapapun yang menang di pilpres AS akan sama saja bagi Indonesia. Harga dolar tidak hanya ditentukan oleh siapa yang menang pilpres. Contoh nya saja sekarang rupiah relatif menguat, yang lebih disebabkan oleh pelemahan dollars akibat kebijakan Tiongkok melepas surat utang pemerintah AS," katanya.
Di luar itu, menurutnya yang akan lebih memengaruhi kondisi perekonomian RI adalah kebijakan presiden AS terpilih ke depan. Misalkan saja jika Trump terpilih maka ketegangan geopolitik imbas perang Rusia-Ukraina bisa saja meningkat atau sebaliknya malah melemah.
"Pasar khawatir menangnya Trump akan mengeskalasi ketegangan geopolitik yang pada akhirnya semakin memperpanjang krisis ekonomi global," jelas Piter.
"Tapi sesungguhnya dampak riil ke perekonomian global lebih ditentukan kebijakan yang akan diambil oleh Trump.Saya tidak meyakini bahwa Trump Akan mengeskalasi ketegangan geopolitik, terutama menyangkut perang Russia Ukraina," sambungnya.
Simak juga Video Trump: Kita Mencapai Kemenangan Politik yang Luar Biasa
(fdl/fdl)