Indeks harga saham gabungan (IHSG) awal pekan diramal bergerak fluktuatif. Dalam daily report Mega Capital Sekuritas disebutkan pergerakan IHSG berada di rentang 7.100-7.200.
Pada penutupan akhir pekan lalu, bursa saham global kompak terkoreksi. Bahkan indeks S&P 500 dan Nasdaq mencatatkan koreksi harian terbesar dalam 2 pekan terakhir.
Aksi jual disebabkan oleh kekhawatiran pasar atas pemangkasan suku bunga The Fed yang melambat dan terpilihnya kabinet pemerintahan Trump. Pasar pesimis akan pemangkasan suku bunga Desember mendatang, probabilitas pemangkasan suku bunga 25bps turun ke level 42%.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: Sempat Lesu, IHSG Menguat ke Level 7.310 |
Hal tersebut juga didukung oleh rilis data penjualan ritel AS di Oktober yang kuat bahkan di atas perkiraan pasar. Beralih ke Asia, pelaku pasar mencermati berbagai rilis data ekonomi Tiongkok yang bervariasi seperti membaiknya tingkat pengangguran dan industrial production namun harga rumah baru di 70 kota turun signifikan secara tahunan, menunjukkan pemulihan sektor properti yang belum optimal meski stimulus telah diluncurkan. Indeks MSCI Asia di luar Jepang terkoreksi 2.55% merespons data tersebut.
IHSG pada perdagangan lalu ditutup melemah 0.74% ke level 7161. Pelemahan didorong oleh sektor bahan baku, konsumen non primer, dan energi. Investor asing mencatatkan aksi jual sebesar Rp 283.68 miliar dengan 5 saham yang paling banyak dijual yaitu BBRI, BUMI, BMRI, ADRO, dan BBNI.
Selain sentimen negatif dari bursa global, penurunan surplus neraca perdagangan ke level terendah sejak Juni 2024 juga turut menjadi sentimen negatif.
(kil/kil)