Dolar AS Tembus Rp 16.000, Ini Dampaknya ke Industri Pelayaran RI

Dolar AS Tembus Rp 16.000, Ini Dampaknya ke Industri Pelayaran RI

Heri Purnomo - detikFinance
Rabu, 18 Des 2024 20:30 WIB
Nilai tukar dolar AS terhadap rupiah pagi ini bergerak di dua arah. Mata uang Paman Sam sempat naik 4 poin (0,02%) ke level Rp 16.160 dan tak lama kemudian turun ke Rp 16.119.
Foto: Andhika Prasetia
Jakarta -

Dewan Pengurus Pusat Indonesian Indonesian National Shipowners Association (INSA) menyebutkan adanya tren melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS akan menimbulkan efek negatif terhadap industri pelayaran Indonesia. Untuk diketahui dolar AS terus menguat terhadap rupiah, dan berada di level Rp 16.000an hari ini, Rabu (18/12/2024).

Wakil Ketua Umum DPP INSA, Nova Y. Mugijanto, mengungkapkan melemahnya nilai tukar akan mempengaruhi biaya operasional kapal yang mayoritas masih bergantung pada material impor, seperti spare parts dan bahan bakar.

"Dampaknya sih kita lumayan ya, karena material-materialnya juga masih banyak yang import ya. Jadi otomatis kayak spare parts itu kan kita masih import ya, jadi udah pasti itu sangat berdampak. Dan juga biasanya kalau dolarnya naik pasti ada adjustment juga itu, harga BBM nya juga pastikan naik. Karena BBM sendiri juga cukup komponen yang lumayan besar ya," katanya dalam acara diskusi bersama INSA di Jakarta, Rabu (18/12/2024).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Selain itu, Nova juga mengatakan melemahnya rupiah juga akan berdampak pada asuransi kapal, mengingat mayoritas re-asuransi dilakukan di luar negeri dengan pembayaran berbasis dolar.

"Itu re-asuransinya ke luar negeri pasti mereka juga preminya kan dalam bias dolar, sehingga itu juga pasti akan berdampak juga gitu. Asuransi-asuransi otomatis juga pasti akan naik," katanya.

ADVERTISEMENT

Sekretaris Umum DPP INSA Darmansyah Tanamas menambahkan bahwa melemahnya rupiah akan menambah beban terhadap biaya pinjaman terutama bagi perusahaan yang investasinya berbasis pinjaman dalam mata uang dolar AS.

Sementara pendapatan yang didapatkan oleh perusahaan pelayaran Indonesia tersebut mayoritas pendapatannya dalam bentuk rupiah.

"Ini kurs yang cukup tinggi akan berdampak kepada repayment atau angsuran daripada loan itu sendiri," katanya.

(rrd/rrd)

Hide Ads