Bos OJK Sebut Pasar Modal RI Kalah dari Malaysia hingga Thailand

Bos OJK Sebut Pasar Modal RI Kalah dari Malaysia hingga Thailand

Shafira Cendra Arini - detikFinance
Kamis, 02 Jan 2025 10:32 WIB
Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Mahendra Siregar Membuka perdagangan IHSG, (2/1/2025).
Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Mahendra Siregar/Foto: Shafira Cendra Arini/detikcom
Jakarta -

Kontribusi pasar saham Indonesia terhadap pertumbuhan ekonomi atau Produk Domestik Bruto (PDB) masih rendah. Indonesia masih tertinggal dari negara-negara tetangga seperti Malaysia hingga Thailand.

Hal ini disinggung oleh Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Mahendra Siregar dalam Pembukaan Perdagangan Bursa Efek Indonesia (BEI) 2025. Meski begitu, menurutnya, terjadi pertumbuhan yang baik di pasar saham Indonesia.

"Kontribusi pasar saham terhadap PDB walaupun tumbuh, masih berada di bawah negara kawasan seperti India sebesar 140%, Thailand 101% atau Malaysia 97%," kata Mahendra di Kantor BEI, Jakarta Selatan, Kamis (2/1/2025).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menurutnya, kondisi tersebut menunjukkan bahwa untuk merealisasikan ruang dan potensi pertumbuhan pasar modal yang masih sangat besar diperlukan perkuatan ekosistem pasar modal Indonesia.

"Sehingga meningkat aspek integritas pasar yang menjadi landasan utama well functioning and efficient capital market," lanjutnya.

ADVERTISEMENT

Nilai kapitalisasi pasar saham Indonesia pada akhir 2024 mencapai Rp 12.300 triliun atau tumbuh 6% dibandingkan ekonomi nasional mencapai 56% dari PDB. Dari aktivitas penghimpunan dana telah tercatat 199 penawaran umum dengan nilai penghimpunan Rp 259,24 triliun, termasuk 43 emiten baru Rp 16,68 triliun.

Mahendra mengatakan, kinerja pasar modal yang positif merupakan modal penting bagi Indonesia untuk mendukung target pertumbuhan ekonomi nasional. Untuk itu pada 2025 OJK bersama seluruh pemangku kepentingan termasuk Self-Regulatory Organization (SRO) berkomitmen untuk mengimplementasikan berbagai program strategis pemerintah, salah satunya melalui peningkatan pendalaman pasar dengan meningkatkan kuantitas dan kualitas perusahaan tercatat.

Mahendra menjelaskan, program strategis ini dilaksanakan melalui berbagai inisiatif termasuk meningkatkan porsi saham free float dan mendorong perusahaan dengan kapasitas besar untuk melantai di bursa. Lalu program berikutnya untuk pengembangan produk, infrastruktur, dan layanan baru melalui peningkatan peran investor dan institusi pada pasar perdana dan sekunder di pasar modal. Dalam konteks ini, pihaknya akan mendorong optimalisasi penggunaan efek beragun aset untuk mendukung likuiditas pelaksanaan program 3 juta rumah.

"Untuk itu kami siap mendorong sinergi untuk memperkuat skema dan ekosistem efek beragun aset itu. Kami juga akan mengembangkan produk baru dan optimalisasi pemanfaatan produk pasar modal yang existing termasuk bursa karbon dan produk yang berwawasan ESG," kata dia.

Strategi ketiga, penguatan anggota bursa dan Manajer Investasi (MI) juga menjadi prioritas melalui peningkatan kapasitas, tata kelola, pengendalian internal, manajemen risiko, dan kepatuhan anggota bursa dan MI, termasuk keamanan teknologi informasi dan operasional.

Di samping penguatan dan pengembangan pasar modal di atas, lanjut Mahendra, penguatan integritas pasar akan terus dilakukan melalui penegakan hukum yang tegas dan konsisten, terutama untuk melindungi investor retail dari saham-saham dengan pergerakan yang tidak wajar. OJK membutuhkan dukungan pemerintah, antara lain penyempurnaan kerangka pengaturan di sektor keuangan seperti penyelesaian produk turunan undang-undang P2SK seperti peraturan terkait cut loss dan penurunan nilai aset investasi yang dikelola BUMN, lalu kebijakan terkait implementasi pajak karbon, dan regulasi batas atas emisi sektoral untuk mendorong pengembangan bursa karbon.

"Kemudian dukungan paket kebijakan insentif dan stimulus termasuk kebijakan perpajakan untuk mengembangkan sektor-sektor prioritas,serta dukungan kementerian dan lembaga, serta seluruh pemangku kepentingan dalam berbagai program pendalaman pasar," ujar Mahendra.

Tonton Video: Faktor-Faktor Penentu Pasar Jelang Akhir Tahun 2024

[Gambas:Video 20detik]



(shc/ara)

Hide Ads