PT Bukalapak.com Tbk baru saja memutuskan untuk menyetop layanan penjualan produk fisik di marketplace mereka. Kebijakan ini mulai berlaku efektif pada Februari 2025.
Nantinya platform ini akan fokus pada penjualan produk virtual seperti token listrik, pulsa, paket data, dan lain sebagainya. Langkah itu dinilai akan memperkuat posisi Bukalapak dalam ekosistem digital.
Selain berfokus pada produk virtual, Bukalapak telah mengembangkan berbagai lini bisnis baru seperti Mitra Bukalapak, Gaming, Investment, dan Retail selama beberapa tahun terakhir. Bukalapak melihat prospek bisnis yang positif di segmen-segmen ini, yang juga menjadi bagian dari strategi pertumbuhan perusahaan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sejarah Bukalapak
Bukalapak didirikan di 2010 oleh Achmad Zaky dengan beberapa temannya, yakni Nugroho Herucahyono dan Fajrin Rasyid dari kamar kos-kosan waktu masih menjadi mahasiswa di ITB. e-Commerce ini dibangun sebagai cara untuk membantu para pedagang kecil meningkatkan penjualannya.
Saat Zaky masih memimpin, Bukalapak menjadi unicorn ketika valuasinya menembus angka US$ 1 miliar pada 2017. Di tahun yang sama, Zaky dan timnya meluncurkan platform online to offline yang dikenal sebagai Mitra Bukalapak. Platform ini memungkinkan kios-kios untuk menjual produk secara virtual kepada pelanggan dan juga menghubungkan pemilik toko dengan pemasok.
Lalu di Januari 2020, Zaky mengundurkan diri dari posisinya sebagai CEO setelah sepuluh tahun memimpin. Ia digantikan oleh Rachmat Kaimuddin, mantan direktur keuangan dan perencanaan di Bank Bukopin. Pada 2021, perusahaan ini bahkan melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan harga saham saat IPO saat itu Rp 850/lembar.
Debut perdagangan saham Bukalapak cukup cemerlang. Saham perusahaan dengan kode BUKA naik sampai 24,71% dalam waktu sekitar setengah jam di level Rp 1.060 dari harga yang ditawarkan Rp 850 per saham. Kenaikan yang signifikan itu membuat Bukalapak terkena auto rejection di kenaikan harga maksimal.
Bukalapak menawarkan 25.765.504.800 saham ke publik. Pencatatan ini menjadi sejarah bagi Bukalapak karena menjadi unicorn pertama yang melantai di bursa. Dari penawaran saham perdana atau initial public offering (IPO) ini, Bukalapak menghimpun sekitar Rp 21,9 triliun, raihan terbesar sepanjang sejarah. Dana itu digunakan untuk modal kerja Bukalapak dan anak usahanya.
Kepemilikan Bukalapak
Dikutip dari RTI tentang komposisi pemegang saham pengendali perusahaan Bukalapak per 31 Desember 2024 adalah PT Kreatif Media Karya sebanyak 24,6%. Kemudian PT Elang Mahkota Teknologi Tbk sebanyak 10,3% dan Archipelago Investment Pte Ltd sebanyak 9,4%. Sisanya disebar ke masyarakat sebanyak 53,3%.
Total pemegang saham per 31 Desember 2024: 77,625 orang, mengalami penurunan (-1.766 orang dibandingkan bulan sebelumnya).
Adapun berikut susunan Dewan Komisaris dan Direksi (per 3 Desember 2024)
Komisaris Utama: Prof. Dr. Bambang Permadi Soemantri Brodjonegoro
Komisaris: RD Adi Wardhana Sariatmadja, Dr. Zannuba Arifah Ch.R
Direktur Utama: Willix Halim.
Direktur: Victor Putra Lesmana dan Natalia Firmansyah.
Lihat juga video: Bukalapak Tutup Operasional Jualan Produk Fisik