Pasar Saham China Kembali Menggeliat di Tengah Perang Dagang Lawan AS

Pasar Saham China Kembali Menggeliat di Tengah Perang Dagang Lawan AS

Andi Hidayat - detikFinance
Rabu, 05 Feb 2025 11:08 WIB
Imbas Virus Corona yang merebak dan menelan ratusan korban jiwa kini mulai menggoyang ekonomi China dan beberapa negara di Asia seperti Jepang. Pasar saham China pun ambruk sejak pembukaan perdagangan.
Ilustrasi/Foto: AP Photo
Jakarta -

Pasar saham China berangsur pulih usai terjeda seminggu penuh akibat sengketa dagang baru dengan Amerika Serikat (AS) dan ramainya persaingan di sektor AI global. Tanda awal pulihnha saham China ditengarai dengan pembukaan perdagangan di Tiongkok Daratan.

Dikutip dari Reuters, investor akan terus mencermati kebijakan China untuk meningkatkan kepercayaan. Sejauh ini, tarif yang dikenakan jauh AS lebih rendah dari wacana awal Donald Trump. Hal itu menjadi kelegaan yang terlihat jelas di Hong Kong, tempat saham Tiongkok menguat minggu ini.

Antusiasme terhadap perusahaan kecerdasan buatan China, DeepSeek, juga berpeluang memperkuat saham AI. Namun begitu, investor diperkirakan akan mencari sinyal dari Beijing ihwal arah yang akan ditentukan ke depan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Reuters melaporkan, sinyal pertama akan datang pada hari Rabu (5/2/2025) ini, ketika bank sentral China menetapkan Yuan, titik tengah dalam rentang perdagangan, di mana mata uang tersebut diizinkan untuk diperdagangkan pada hari tertentu.

Melemahnya Yuan dipercaya dapat membantu mengurangi dampak tarif pada masa jabatan pertama Presiden AS Donald Trump, dan perbaikan tersebut dapat memberikan petunjuk mengenai sikap negosiasi Tiongkok terkait tarif.

ADVERTISEMENT

Pasar saham daratan China juga berpeluang mengambil isyarat dari Hong Kong, yang dibuka dua hari lebih awal setelah liburan Tahun Baru Imlek. Saham-saham China di sana mengalami lonjakan tajam pada hari Selasa (4/2/2025) kemarin, kendati ada langkah dari pemerintahan Trump untuk mengenakan tarif 10% pada impor Tiongkok.

Banyak hal yang terjadi selama liburan Tahun Baru Imlek di China dalam sepekan terakhir, di mana kenaikan tarif impor barang yang dilakukan Trump menjadi langkah yang mendorong Beijing untuk mengumumkan tarif yang ditargetkan pada impor AS dan memberi peringatan kepada beberapa perusahaan, termasuk Google, tentang kemungkinan sanksi.

Tindakan Trump, yang juga mencakup bea masuk terhadap Meksiko dan Kanada, turut berdampak pada pasar global. Tarif tersebut muncul di tengah sektor AI bergejolak, ketika DeepSeek meluncurkan model AI yang lebih murah sehari sebelum China melakukan jeda. Hal itu memicu aksi jual di seluruh saham teknologi saat investor menilai ulang nilai sektor tersebut.

Meski demikian, terjadi sedikit kelegaan bagi pasar saham China. Meskipun ia menggambarkan tahap awal tarif terhadap China sebagai serangan pembuka, tarif tersebut lebih rendah daripada yang pernah diancam Trump sebelumnya.

Selain itu, Trump juga memberikan penangguhan kepada dua mitra dagang lainnya, yakni Kanada dan Meksiko. Hal ini memicu peningkatan kepercayaan investor bahwa China juga dapat mencapai kesepakatan.

Adapun Trump dan pemimpin Tiongkok Xi Jinping diperkirakan akan segera berbicara, meskipun waktu pembicaraannya belum jelas. "Setiap tanda bahwa Xi dan Trump memiliki 'pembicaraan yang baik' atau kedua negara menyatakan komitmen untuk bekerja sama dalam mencapai kesepakatan harus dianggap sebagai gencatan senjata sementara dan mendukung sentimen," kata Ahli Strategi Mata Uang OCBC Bank, Christopher Wong, dikutip dari Reuters, Rabu (5/2/2025).

Harapan Beijing akan berbuat lebih banyak untuk mendukung ekonominya dalam menghadapi tarif AS, kelegaan bahwa tarif tersebut lebih rendah dari ancaman awal, optimisme terhadap sektor AI, hingga kendaraan listrik, mendorong keuntungan di Hong Kong.

Perusahaan Tiongkok yang terdaftar di Hong Kong (.HSCE), melonjak lebih dari 4% minggu ini ke level tertinggi tiga bulan, dan saham-saham teknologi terkemuka (.HSTECH), juga melonjak hampir 7%.
Yuan di luar negeri telah merosot 0,6% terhadap dolar sejak 27 Januari, ketika pasar di daratan ditutup untuk liburan, dan mencapai titik terendah sepanjang sejarah minggu ini. Di dalam negeri, yuan ditutup pada 7,2469 minggu lalu.

Para investor akan melihat setiap upaya Tiongkok untuk melemahkan mata uangnya sebagai petunjuk bahwa Beijing memperkirakan perang dagang berkepanjangan dan menggunakan Yuan untuk melawan dampak tarif, seperti yang dilakukannya selama masa jabatan pertama Trump pada tahun 2018.

"Secara keseluruhan, terjadinya perang dagang bukanlah hal yang diinginkan pasar... tetapi investor cenderung tidak panik kali ini," kata Direktur Investasi Ekuitas Asia ABRDN Elizabeth Kwik.

"Pasar yang mendasari Hong Kong sangat mirip dengan China, jadi keduanya seharusnya bergerak ke arah yang sama. Reaksi pasar seharusnya tidak terlalu negatif," tandasnya.

(rrd/rrd)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads