Otoritas Jasa Keuangan (OJK) memantau sentimen perekonomian global yang dampaknya turut mempengaruhi kinerja pasar saham dalam negeri.
Secara month-to-date (mdt) pada 28 Februari Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berada di level 6.270 atau anjlok secara year-to-date (ytd) sebesar 11,43%.
Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal, Keuangan Derivatif, dan Bursa Karbon OJK, Inarno Djajadi mengatakan, pihaknya akan menunda implementasi short selling sebagai langkah awal menjaga stabilitas pasar modal.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"OJK akan terus melakukan monitoring atas perkembangan pasar. Sebagai langkah awal OJK akan menunda implementasi kegiatan short sell saham," kata Inarno dalam paparan hasil Rapat Dewan Komisioner (RDK) secara virtual, Selasa (4/3/2025).
Selain itu, Inarno juga akan mengkaji buyback saham tanpa Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). Meski begitu, ia menekankan kebijakan yang diambil akan tetap mempertimbangkan situasi dan kondisi yang terjadi.
"OJK telah membuka ruang komunikasi terbuka antara regulator, pelaku pasar, serta stakeholder lainnya sebagai perwujudan nyata dari sinergi dan komitmen dan tanggung jawab bersama terhadap industri pasar modal dan juga perekonomian Indonesia," jelasnya.
Sementara itu, Inarno mengatakan IHSG mencatatkan nilai kapitalisasi pasar sebesar Rp 10,87 triliun atau turun sebesar 11,68% mtd atau turun sebesar 11,8% ytd. Sementara itu non-resident mencatat net sale sebesar Rp 18,19 triliun mtd atau secara net sale sebesar Rp 21,9 triliun ytd.
Ke depan, Inarno menambahkan, OJK juga akan memperkuat pengawasan dan perlindungan investor pasar modal.
"OJK juga terus memperkuat pengawasan dan juga perlindungan investor pasar modal di antaranya melalui aplikasi OJK POSIDA PMDK yang memanfaatkan big data analytics pasar modal atau BDA sering kita sebut dengan BDAPM," tutupnya.
(hns/hns)