Direktur Utama PT Bank Negara Indonesia (BNI) periode 2020-2025 Royke Tumilaar menyampaikan masih ada sejumlah pekerjaan rumah (PR) di BNI ke depan. Hal ini disampaikan Royke seiring berakhirnya menempati Dirut BNI.
Royke menerangkan saat ini kondisi global masih dibayangi oleh ketidakpastian yang tinggi. Apalagi, masih ada sejumlah program dalam negeri yang membutuhkan dolar tinggi.
"Banyak ya, kondisi sekarang kan makronya di global juga volatility sama uncertainty-nya cukup tinggi. Sementara kita juga kebutuhan nanti apalagi ada hilirisasi yang cukup tinggi kan, kebutuhan dolar-nya banyak," kata Royke saat ditemui di Gedung BNI, Jakarta Pusat, Rabu (26/3/2025).
Royke menerangkan saat ini rata-rata Loan to Deposit Ratio (LDR) bank masih tinggi. Untuk itu, Royke menilai perbankan harus menaikkan nilai Dana Pihak Ketiga (DPK). Menurut Royke, salah satu upaya menaikkan DPK perbankan yakni melalui pengeluaran pemerintah (spending government).
Baca juga: BNI Tebar Dividen Tunai Rp 13,95 Triliun |
"DPK ini sumbernya dari mana gitu kan. Ini masih isu likuiditas di market isu ya. Untuk menaikkan DPK, yang bisa membantu cepat adalah kalau spending pemerintah itu cepat. Duit putar keluar dari pemerintah, masuk ke masyarakat masyarakat itu akan jadi sumber DPK baru," terang Royke.
Selain itu, Royke juga menyebut perbankan harus segera mencari sumber pendanaan (funding) US dollar. Hal ini dapat membantu likuiditas perbankan ke depan.
"Kedua, juga mau nggak mau perbankan sekarang, mau nggak mau harus cepat-cepat jadi funding dolar-nya lebih kencang karena untuk membantu kebutuhan ke depan. Jadi isu masalah LDR likuiditas itu masih jadi nomor satu," jelas Royke.
Sebagai informasi, Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) yang berlangsung hari ini memutuskan Putrama Wahju Setyawan diangkat sebagai Dirut BNI baru menggantikan Royke Tumilaar. Sementara itu, Wakil Direktur Utama BNI sekarang dijabat oleh Alexandra Askandar.
(rea/kil)