PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA) mencatat pertumbuhan pendapatan sepanjang 2024 sebesar 31% menjadi US$ 2,24 miliar atau Rp 37,83 triliun (kurs Rp 16.890) secara tahunan (yoy). MDKA mencatat peningkatan EBITDA menjadi US$ 329 juta atau naik 36% dibandingkan tahun sebelumnya ditopang kinerja positif entitas anak usah yang bergerak di sektor nikel, yakni PT Merdeka Battery Materials Tbk (MBMA) dan harga emas yang tinggi.
"Kami berhasil mencatat pertumbuhan yang solid di seluruh lini bisnis utama, yang didukung oleh kemajuan dalam berbagai proyek strategis. Merdeka tetap teguh pada komitmennya untuk mencapai pertumbuhan yang berkelanjutan dan menguntungkan," kata Presiden Direktur Merdeka Albert Saputro dalam keterangan tertulis, Selasa (8/4/2025).
MDKA mencatat pertumbuhan substansial melalui operasi nikel MBMA yang didorong oleh peningkatan kinerja signifikan Tambang PT Sulawesi Cahaya Mineral (SCM), di mana produksi melonjak menjadi 10,1 juta metrik ton basah (wmt) limonit, menandai lonjakan sebesar 150% secara tahunan, dan 4,9 juta wmt saprolit, naik 110% dari tahun sebelumnya.
Smelter MBMA juga meningkatkan produksi nikel dan menghasilkan 82.161 ton nickel pig iron (NPI), atau meningkat 26%, dan 50.315 ton nikel matte bermutu tinggi (HGNM) yang naik 66% dibandingkan dengan tahun 2023.
Tonggak penting dalam strategi bisnis nikel MDKA juga dicapai melalui PT ESG New Energy Material, perusahaan patungan pabrik High Pressure Acid Leach (HPAL) antara MBMA dan GEM Co., Ltd. Pada Februari 2025, PT ESG berhasil memperoleh Izin Usaha Industri (IUI), yang kemudian diikuti oleh penjualan komersial perdana sebesar 8.500 metrik ton mixed hydroxide precipitate (MHP) pada Maret 2025.
MDKA juga mencatat kemajuan berarti dalam pengembangan Pabrik Acid Iron Metal (AIM) yang dioperasikan oleh PT Merdeka Tsingshan Indonesia (MTI). Proses komisioning terhadap komponen utama seperti Pabrik Pirit dan Pabrik Asam juga berhasil diselesaikan. Sementara itu, komisioning Pabrik Klorida dan Pabrik Katoda Tembaga berjalan lancar, d imana Pabrik Klorida berhasil memproduksi spons tembaga perdana pada Januari 2025.
Sementara pada Proyek Emas Pani (Pani), MDKA mencatat kemajuan signifikan dengan capaian konstruksi mencapai 33% pada akhir 2024. Penuangan emas pertama ditargetkan pada awal 2026, dan proyek ini diproyeksikan menjadi salah satu tambang emas primer terbesar di Indonesia, dengan target produksi puncak sekitar 500.000 onc emas per tahun.
"Dengan berbagai pencapaian penting yang menanti pada 2025 dan tahun-tahun selanjutnya, kami optimistis mencapai keberhasilan yang berkelanjutan," tutupnya.
Pendapatan MBMA Tumbuh 39%
PT Merdeka Battery Materials Tbk (MBMA) mencatat pertumbuhan volume produksi, efisiensi operasi, dan eksekusi strategis proyek-proyek ekspansi. MBMA mencatat pendapatan US$ 1,84 miliar sepanjang 2024 atau meningkat 39% dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
MBMA juga mencatat laba bersih melonjak 139% menjadi US$ 80 juta, sementara EBITDA tercatat meningkat 67% menjadi US$ 163 juta. Pertumbuhan ini ditopang oleh kinerja tambang nikel PT Sulawesi Cahaya Mineral serta kontribusi signifikan dari operasi nickel pig iron (NPI).
Sepanjang 2024, tambang tersebut menghasilkan 10,1 juta wet metric tonnes (wmt) limonit, peningkatan 150% dibandingkan dengan tahun sebelumnya, dan 4,9 juta wmt saprolit, naik 110% dari 2023. Pada periode yang sama, smelter Rotary Kiln Electric Furnace (RKEF) juga berhasil memproduksi 82.161 ton nikel dalam bentuk NPI atau peningkatan 26% dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
"Dengan pengembangan proyek-proyek baru yang berjalan lancar serta fasilitas-fasilitas kunci yang mulai memasuki tahap commissioning, kami berada dalam posisi yang kuat untuk mempertahankan pertumbuhan berkelanjutan pada tahun 2025," kata Presiden Direktur MBMA Teddy Oetomo dalam keterangan tertulis.
Kinerja ini didukung oleh mobilisasi kontraktor tambang baru dan percepatan kegiatan penambangan yang meningkatkan produksi bijih secara signifikan. Teddy mengatakan, upaya ini menjadi pondasi penting untuk meningkatkan operasi pemrosesan hilir, khususnya operasi RKEF dan High Pressure Acid Leach (HPAL) Perusahaan.
Inisiatif efisiensi biaya juga berkontribusi besar terhadap peningkatan pendapatan, di mana biaya tunai penambangan di tambang SCM menurun dari US$ 6 per wmt pada kuartal III menjadi US$ 5 per wmt pada kuartal keempat 2024. Sementara biaya tunai NPI turun menjadi US4 10.307 per ton di sepanjang 2024, dibandingkan dengan US$ 12.095 pada tahun sebelumnya.
"Biaya tunai NPI diperkirakan akan terus menurun seiring meningkatnya ketersediaan bijih saprolite dari produksi sendiri untuk operasi RKEF kami," jelasnya.
Untuk lebih mengoptimalkan logistik dan mengurangi biaya, kata Teddy, MBMA tengah membangun jalan angkut baru yang akan menghubungkan tambang SCM secara langsung dengan kawasan Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP). Proyek infrastruktur strategis ini akan menurunkan biaya pengangkutan secara signifikan, meningkatkan kapasitas pengiriman bijih saprolit, hingga menciptakan koridor khusus untuk jalur pipa dan transmisi bijih limonit.
Sementara untuk mendorong pertumbuhan jangka panjangnya, MBMA tengah mengembangkan dua pabrik HPAL di IMIP bermitra dengan GEM Co., Ltd (GEM) dan mitra strategis lainnya.
PT Sulawesi Nickel Cobalt (SLNC) memiliki rencana kapasitas produksi nikel sebesar 90.000 ton per tahun dalam bentuk Mixed Hydroxide Precipitate (MHP). PT ESG New Energy Material (ESG) dirancang memiliki kapasitas produksi 30.000 ton nikel per tahun, sementara PT Meiming New Energy Material (Meiming) akan menyumbang produksi 25.000 ton setiap tahunnya.
Sementara itu, kegiatan commissioning di fasilitas Acid Iron Metal (AIM) yang dioperasikan PT Merdeka Tsingshan Indonesia (MTI) terus menunjukkan kemajuan, tercermin pada pabrik asam dan pirit di MTI telah beroperasi, dengan pabrik asam mencatat rekor produksi pada kuartal keempat 2024 sebesar 164.985 ton asam dan 225.036 ton uap.
"Fokus kami tetap pada keunggulan operasional untuk mendukung transisi energi global melalui pertumbuhan yang berkelanjutan," tutup Teddy.
(ara/ara)