Bursa Efek Indonesia (BEI) menargetkan 66 perusahaan melakukan penawaran saham atau initial public offering (IPO) pada 2025. Namun, hingga 10 Juli baru 22 perusahaan yang melakukan IPO.
Direktur Penilaian Perusahaan BEI, I Nyoman Yetna, menyatakan bahwa capaian IPO di pasar saham domestik masih lebih baik dibandingkan bursa global. Ia optimistis target IPO tahun ini akan tercapai dengan menunggu laporan keuangan calon emiten per Juni 2025.
"Kalau kita ngelihat, lihat juga perbandingan dengan dunia. Kalau di dunia, termasuk di Asia, non Asia ya kita masih yang terbaik, dan kondisinya sangat dinamis," ungkap Nyoman kepada wartawan di Gedung BEI, Jakarta Selatan, Kamis (10/7/2025).
Menurut Nyoman, ada 45-47 calon emiten yang menggunakan laporan keuangan per Juni dalam dua tahun terakhir. Ia juga menyebut, laporan keuangan ini menjadi salah satu faktor pendukung IPO di semester II.
"Jadi itu yang kita tunggu. Betul, betul. Dia karena mereka menggunakan laporan keuangan per Juni," imbuhnya.
Alasan IPO Lesu
Ditemui terpisah, Direktur Eksekutif Asosiasi Emiten Indonesia (AEI), Gilman P. Nugraha, menjelaskan lambatnya capaian IPO disebabkan oleh beberapa faktor, salah satunya calon emiten belum memerlukan tambahan pendanaan, serta kondisi makro ekonomi dan kebutuhan ekspansi industri yang mempengaruhi keputusan untuk melakukan IPO.
Menurutnya, IPO adalah langkah memenuhi kebutuhan pendanaan perusahaan, terutama untuk ekspansi dan penambahan modal. Oleh karena itu, keputusan untuk melakukan IPO sangat bergantung pada kebutuhan dan strategi bisnis masing-masing perusahaan.
"Ini kan kebutuhan IPO untuk kebutuhan pendanaan.Ya kan?Artinya, (IPO dilakukan) saat ada kebutuhan pendanaan, kenapa?Karena kita mau expansion, karena kita mau ada penambahan capex dan lain sebagainya," jelasnya.
Tonton juga video "BEI Kaji Rencana Pemangkasan Jumlah Satuan Lot Saham" di sini:
(ara/ara)