TBS Energi Rugi Rp 1,91 T Gegara Harga Batu Bara Anjlok

TBS Energi Rugi Rp 1,91 T Gegara Harga Batu Bara Anjlok

Andi Hidayat - detikFinance
Rabu, 30 Jul 2025 18:00 WIB
TBS Energi
TBS Energi/Foto: Dok. TBS
Jakarta -

PT TBS Energi Utama Tbk (TOBA) membukukan rugi bersih US$ 116,7 juta atau Rp 1,91 triliun (kurs Rp 16.410) di semester I-2025. Selain itu, TBS Energi mencatat penurunan pendapatan 31% menjadi US$ 172,21 juta atau sekitar Rp 2,82 triliun di periode yang sama, dari US$ 248,67 juta di tahun sebelumnya.

Sementara untuk beban produksi, TOBA mencatat penyusutan sebesar 18% menjadi US$ 158,30 juta dari US$ 193,97 juta. Kemudian, TBS Energi mencatat sebanyak beban biaya lainnya sebesar US$ 17,01 juta. Adapun rugi non-kas perseroan sebesar US$ 96,87 juta atau sekitar Rp 1,58 triliun sepanjang semester I 2025 akibat divestasi aset.

Direktur TBS Energi Utama Juli Oktarina menjelaskan, pendapatan periode ini mencerminkan tekanan pasar akibat penurunan harga batu bara. Di sisi lain, rugi TBS Energi tercatat akibat divestasi Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) di Minahasa Utara dan Gorontalo.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Namun begitu, Juli mengatakan, divestasi ini dapat mendorong pendapatan TBS Energi di masa depan. Bahkan, ia menyebut pendapatan TOBA berpotensi tembus 440%.

ADVERTISEMENT

"Karena adanya divestasi PLTU, ini mengakibatkan memang adanya loss dari divestasi sebesar US$ 96 juta. Tapi US$ 96 juta ini merupakan kerugian secara non cash, jadi secara PNL saja," terang Juli dalam acara diskusi terbatas di Kantor TBS Energi Utama, Jakarta Selatan, Rabu (30/7/2025).

Sementara untuk rugi bersih, TBS Energi mencatat sebesar US$ 116,7 juta. Yuli menjelaskan, kerugian akibat divestasi PLTU terjadi karena perbedaan perhitungan nilai unbilled receivable atau pendapatan yang belum ditagih. Pasalnya, saat ini TBS Energi Utama masih memiliki pendapatan berjalan dari kontrak dengan PLN sebagai penyedia listrik untuk 25 tahun ke depan.

"Jadi selisihnya ini yang dianggap sebagai loss di sana. Padahal kan secara faktualnya memang kita belum pernah nerima juga uang itu, mungkin itu secara garis besarnya. Jadi sehingga kita bisa sampaikan bahwa kita per 30 Juni 2025 kita mengalami net loss di US$ 116,7 juta," terangnya.

Juli merinci, penurunan volume penjualan segmen pertambangan batu bara dari 1,7 juta ton menjadi 0,7 juta ton, serta turunnya harga jual rata-rata dari US$ 83 per ton menjadi US$ 52,9 per ton. Tren penurunan harga ini sejalan dengan pergerakan indeks harga batu bara global yang terus melandai sejak tahun lalu.

Sementara itu, penurunan volume penjualan terjadi karena melemahnya permintaan batu bara secara global dan keputusan perseroan untuk menyesuaikan strategi penjualan dengan peningkatan harga yang lebih menguntungkan.

Segmen bisnis pertambangan dan perdagangan batu bara mencatatkan pendapatan sebesar US$ 91,6 juta atau berkontribusi 53% terhadap total pendapatan Perseroan, menurun dari 82% pada periode yang sama tahun sebelumnya.

Namun, kerugian ini tidak berdampak pada arus kas TBS Energi. Sebaliknya, divestasi menghasilkan tambahan dana segar berupa pemasukan ke dalam kas perseroan sebesar US$ 123,6 juta. Hal ini memperkuat kondisi fundamental operasional TBS Energi yang tetap terjaga di tengah masa transisi.

"Revenue contributors kita di semester I 2025 ini, ini dari waste management di US$ 59 juta, itu dia contribute 35% dari total revenue. Electric vehicle ini contribute 2%, US$ 3,1 juta. Coal mining dan coal trading is around US$ 90-91 (juta), untuk US$ 91 juta memang masih banyak. Untuk power generation tadi karena kita masih ada 2 dan 4 bulan revenue, ini masih ada contribute US$ 14,3 juta," imbuhnya.

Simak juga Video: Video Dinar Candy Buka Bisnis Kapal Tongkang-Batu Bara Mandiri

(ara/ara)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads