PT HM Sampoerna Tbk (HMSP) membukukan pertumbuhan pangsa pasar menjadi 31% di semester I-2025, dibanding periode yang sama di tahun sebelumnya. Capaian ini memperkuat posisi Sampoerna sebagai pemimpin pasar industri hasil tembakau nasional (IHT).
Presiden Direktur Sampoerna, Ivan Cahyadi, mengaku banga dengan torehan tersebut. Menurutnya, hal ini tak terlepas dari peran pemerintah yang telah menjaga iklim usaha tembakau dengan tidak menaikan tarif cukai tahun ini.
"Kami berharap Pemerintah dapat mempertimbangkan untuk melanjutkan kebijakan ini guna mendukung tujuan pertumbuhan ekonomi, menjaga serapan tenaga kerja dan penerimaan negara, serta menjaga kelangsungan usaha para pelaku industri legal," ujar Ivan dalam keterangan tertulisnya, Rabu (30/7/2025).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sementara itu, Sampoerna mencatat volume penjualan sebanyak 39,3 miliar batang. Angka tersebut menurun imbas tren downtrading perpindahan dari produk premium ke produk yang lebih murah.
Sedangkan untuk beban pajak satu kali untuk beberapa tahun fiskal sebelumnya pada kuartal II-2025 sebagaimana diatur dalam Pernyataan Standar Akutansi Keuangan (PSAK).
Tanpa mengikutsertakan pencatatan beban tersebut, laba bersih Sampoerna di Semester I-2025 relatif sebanding dengan periode yang sama tahun lalu. Namun jika dihitung dengan beban pajak satu kali, laba bersih Sampoerna menjadi Rp 2,1 triliun atau turun 36%.
Dalam lima tahun terakhir, Ivan menyebut, kinerja industri hasil tembakau masih menghadapi tantangan dipicu oleh kenaikan kebijakan tarif cukai signifikan di tengah menurunnya daya beli para perokok dewasa sejak masa pandemi COVID dan tekanan ekonomi akibat situasi geopolitik.
Kondisi ini mendorong maraknya peredaran rokok ilegal di Indonesia yang secara langsung merugikan pelaku usaha legal, sekaligus juga menurunkan potensi penerimaan negara dari sektor cukai dan pajak secara keseluruhan.
Namun, Ivan mengapresiasi kerja Direktorat Jenderal Bea dan Cukai (DJBC) yang tegas menindak rokok ilegal, baik melalui edukasi maupun penindakan. Menurutnya, langkah ini menjadi upaya dalam mengamankan penerimaan negara.
"Komitmen ini sangat krusial bagi kelangsungan industri hasil tembakau dan kami mendukung penuh upaya kolektif ini," jelasnya.
Bersambung ke halaman berikutnya. Langsung klik
Sampoerna berkomitmen mendukung perekonomian nasional melalui investasi berkelanjutan dengan memperkuat ekosistem industri dan kemitraan, serta mendorong ekonomi kerakyatan yang lebih luas.
Hal ini mencakup penambahan 5 kemitraan dengan pengusaha lokal dan koperasi daerah pada tahun 2024 menjadi total 43 mitra produksi Sigaret Kretek Tangan (SKT) yang tersebar di kabupaten/kota di pulau Jawa.
Kemudian, perseroan juga melakukan kemitraan dengan 19.500 petani tembakau dan cengkih dengan jaminan pembelian, kerja sama dengan 1.700 pemasok lokal, serta berkolaborasi dengan 1,5 juta mitra ritel di seluruh Indonesia.
Selain itu, Ivan mengatakan pihaknya terus berinovasi dengan meresmikan advanced laboratorium dan pabrik produk tembakau inovatif bebas asap pertama di Asia Tenggara pada tahun 2023. Pabrik ini dibangun dengan nilai investasi lebih dari USD 330 juta.
"Maka tahun 2024 lalu kami juga menambah fasilitas produksi SKT di Tegal dan Blitar. Secara keseluruhan, Sampoerna menyerap lebih dari 90.000 tenaga kerja yang mayoritas bekerja di lini produksi portofolio SKT kami. Selain itu, Sampoerna juga menjadi pusat ekspor Philip Morris International (PMI) ke lebih dari 30 tujuan ekspor, baik untuk produk rokok maupun produk tembakau yang dipanaskan," ujar Ivan.
Secara keseluruhan, kegiatan bisnis dan operasional Sampoerna turut menggerakkan perekonomian daerah dan nasional. Ke depan, Ivan optimis Pemerintah akan mempertimbangkan kebijakan untuk mendukung keberlangsungan industri hasil tembakau yang merupakan salah satu pilar kuat untuk mencapai pertumbuhan ekonomi nasional 8%.
Simak juga Video: Spotify Cetak Laba Bersih Rp 4,4 T di Kuartal II 2024