Emiten anggota holding tambang MIND ID, membukukan kinerja keuangan negatif sepanjang semester I 2025. Mengacu laporan keuangan pada laman Keterbukaan Informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), terdapat tiga emiten holding MIND ID yang telah menyampaikan kinerjanya.
Ketiga emiten tersebut, yakni PT Bukit Asam Tbk (PTBA), PT Vale Indonesia Tbk (INCO), dan PT Timah Tbk (TINS). Ditinjau dari laporan keuangan ketiga emiten tersebut, laba bersih perseroan terkontraksi pada paruh pertama tahun 2025. Berikut rincian kinerja ketiga emiten holding MIND ID:
1. PTBA
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Mengutip laporan keuangan pada laman Keterbukaan Informasi BEI, laba PTBA merosot 59% menjadi Rp 833,04 miliar dari Rp 2,03 triliun di periode yang sama pada tahun sebelumnya. Namun, pendapatan PTBA tumbuh 4,12% menjadi Rp 20,45 triliun dari Rp 19,64 triliun di paruh pertama 2024.
Dari sisi beban pokok pendapatan, PTBA tercatat membengkak 12,14% menjadi Rp 18,20 triliun dari Rp 16,23 triliun di semester I 2024. Kemudian laba bruto perseroan tercatat merosot 34,12% di semester I 2025, yakni sebesar Rp 2,24 triliun dari Rp 3,40 triliun pada periode sebelumnya di tahun 2024.
PTBA juga mencatat peningkatan liabilitas Rp 22,89 triliun di semester I 2025, sementara pada periode yang sama di tahun sebelumnya tercatat sebesar Rp 19,14 triliun. Sementara untuk posisi ekuitas, PTBA mencatat penyusutan menjadi Rp 19,78 triliun dari Rp 22,64 triliun.
2. INCO
Hingga semester I 2025, Vale membukukan penurunan laba bersih sebesar 32% menjadi US$ 25,2 juta atau sekitar Rp 410,09 miliar (asumsi kurs Rp 16.273). Sementara pada kuartal II 2025, Vale membukukan laba bersih sebesar US$ 3,5 juta atau sekitar Rp 56,95 miliar dari US$ 21,8 juta atau sekitar Rp 354,76 miliar.
Penyusutan tajam laba kuartalan Vale Indonesia ini terjadi akibat keuntungan satu kali atau one-off atas pengakuan nilai wajar aset derivatif sebesar US$ 16,6 juta. Hal ini yang menyebabkan menurun tajamnya pendapatan perseroan di kuartal II 2025.
Dari sisi pendapatan, Vale turut mencatat koreksi di semester I 2025 menjadi US$ 426,73 juta atau sekitar Rp 6,94 triliun dari US$ 478,75 juta atau Rp 7,79 triliun di periode yang sama di tahun sebelumnya. Namun, beban pokok pendapatan perseroan menyusut di semester I 2025, menjadi US$ 396,58 juta atau sekitar Rp 6,45 triliun dari US$ 417,16 juta atau Rp 6,79 triliun.
3. TINS
PT Timah membukukan penurunan laba bersih sebesar 30,93% di semester I 2025, menjadi Rp 300,07 miliar dari Rp 434,48 miliar di periode yang sama tahun sebelumnya. Dari sisi pendapatan, TINS tercatat menurun 19% menjadi Rp 4,22 triliun di semester I 2025 dari Rp 5,21 triliun di periode yang sama di tahun 2024.
Meski begitu, beban pokok pendapatan TINS tercatat menurun 15,6% di paruh pertama 2025 menjadi Rp 3,37 triliun dari Rp 4 triliun di periode pertama di tahun sebelumnya. Akan tetapi, laba usaha TINS tercatat terkoreksi menjadi Rp 380 miliar dari Rp 687 miliar.
Dari sisi EBITDA, TINS tercatat sebesar Rp 838 miliar atau susut 31% dari paruh pertama 2024 sebesar Rp 1,21 triliun. Kemudian ekuitas tercatat sebesar Rp 7,29 triliun.
Pergerakan Harga Saham
Berdasarkan data perdagangan RTI Business hari ini, Kamis (21/8), PTBA tercatat menguat di sesi I perdagangan. Perseroan menguat 0,41% ke harga Rp 2.440 per lembar. Namun jika dilihat tren pergerakan dalam setahun ini, saham PTBA tercatat melempem, dengan pelemahan 11,27%.
Kemudian saham INCO, hingga sesi I perdagangan pasar modal terkoreksi sebesar 0,53% ke harga Rp 3.720 per lembar. Meski demikian, pergerakan Vale Indonesia tercatat menguat sepanjang tahun 2025 sebesar 2,76%.
Sementara untuk saham TINS, perseroan mencatat penguatan sebesar 0,98% ke harga Rp 1.030 per lembar pada perdagangan sesi I hari ini. Namun, saham TINS tercatat memerah sepanjang tahun ini dengan koreksi sebesar 3,74%.
Sepanjang tahun 2025 ini, ketiga emiten ini masih mencatat net foreign sell atau aksi jual bersih investor asing. TINS sendiri mencatat aksi jual bersih sebesar Rp 436,81 miliar. Sementara PTBA mencatat aksi jual bersih sebesar Rp 196,04 miliar. Kemudian INCO tercatat aksi jual bersih sebesar Rp 172,08 miliar.
"Saham INCO kan sudah naik, harganya sudah mengalami uptrend. Sedangkan PTBA maupun TINS kan masih belum uptrend. Ini sebenarnya PTBA dan TINS memiliki kesempatan yang besar," ungkap Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas Indonesia, Nafan Aji Gusta Utama, saat dihubungi detikcom, Kamis (21/8/2025).
Nafan menyebut, rebound PTBA ditargetkan menyentuh harga Rp 2.590 per lembar saham dengan rekomendasi Accumulative Buy. Kemudian untuk TINS, diproyeksikan naik ke level Rp 1.140 per lembar saham dengan rekomendasi Accumulative Buy.
"Kalau kita melihat dari komitmen Pak Presiden (Prabowo Subianto) untuk ke depannya paling lambat 2028, defisit APBN ditargetkan 0%. Jadi diharapkan emiten-emiten basis pertambangan ini harus bisa menaikkan kinerja karena pendapatan negara kan bukan hanya dari pajak saja, tetapi juga dari kinerja BUMN," imbuhnya.
Tonton juga Video: Keren! MIND ID Ciptakan Tambang Ramah Lingkungan!