Investor asing masih tertarik terhadap pasar keuangan Indonesia meskipun selisih imbal hasil (spread) antara Surat Berharga Negara (SBN) dengan US Treasury kian menyempit. Berdasarkan data Bank Indonesia (BI), per 19 Agustus modal asing masuk ke pasar SBN mencapai Rp 952,98 triliun atau setara porsi kepemilikan non residen menjadi 14,64%.
Direktur Departemen Pengelolaan Moneter & Aset Sekuritas BI Ronald D. Parluhutan mengatakan spread antara imbal hasil SBN tenor 10 tahun dengan US Treasury tenor 10 tahun turun menjadi 205 basis poin (bps) atau 2,05%.
"Spread atau selisih antara SBN dengan obligasi dari surat berharga AS itu semakin menyempit atau semakin kecil selisihnya. Yang kami catat itu pada akhir setelah berjalan-jalan Pada setelah busur situ sebesar 205 bps," ujar Ronald dalam acara media briefing di Yogyakarta, Jumat (22/8/2025).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Meski begitu, Ronald menyebut spread SBN masih lebih kompetitif dibandingkan dengan beberapa negara lain, misalnya Filipina yang mempunyai spread 157 bps, Thailand dan Korea Selatan yang masing-masing minus 301 bps dan 151 bps.
Hal ini mendorong modal asing masuk ke pasar SBN. Per 19 Agustus 2025, posisi non residen mencapai Rp 952,98 triliun atau naik dari Juli sebesar Rp 935,71 triliun. Sementara, porsi kepemilikan residen turun menjadi Rp 5.557,63 triliun dari Rp 5.604 triliun.
"Persentasenya (nonresiden) adalah 14,6% ini adalah persentase meningkat dibandingkan posisi Juli dan juga meningkat dengan posisi akhir Desember 2024. Jadi dengan demikian kami melihat dari sini bahwa transmisi dari kebijakan suku bunga BI telah ter-transmisi dengan baik kepada suku bunga imbal hasil dari SBN," jelas dia.
Simak juga Video: Menakar Keuntungan Investasi dari Price Earning Ratio