Domino's Pizza Babak Belur! Ratusan Gerai Tutup, Rugi Rp 39 Miliar

Domino's Pizza Babak Belur! Ratusan Gerai Tutup, Rugi Rp 39 Miliar

Fadhly Fauzi Rachman - detikFinance
Rabu, 03 Sep 2025 12:27 WIB
Mau Coba? Pizza Topping Acar Ini Jadi Menu Baru Dominos
Domino's Pizza/Foto: Sora News 24
Jakarta -

Domino's Pizza Enterprises (DPE) menghadapi masa sulit. Perusahaan waralaba pizza asal Australia ini membukukan rugi 3,7 juta dolar Australia atau sekitar Rp 39,59 miliar di semester I-2025. Angka ini terjun bebas dari laba 96 juta dolar Australia atau sekitar Rp 1,03 triliun di tahun sebelumnya.

Bersamaan itu, DPE memangkas lebih dari setengah dividen dan menyiapkan langkah efisiensi. Perusahaan juga menutup ratusan gerainya.

"Kami mengambil tindakan untuk menjadikan Domino's sebagai bisnis yang lebih ramping dan efisien," kata Jack Cowin, miliarder sekaligus pemegang saham terbesar Domino's Pizza, dikutip dari Business Time, Rabu (3/9/2025).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Masih banyak pekerjaan yang harus kami lakukan. Tapi kami tahu apa yang paling penting," sambungnya.

Cowin yang kini berusia 83 tahun harus kembali turun tangan sebagai interim executive chairman. Disebutkan, ada lebih dari 200 gerai Domino's Pizza yang ditutup, kebanyakan berada di Jepang. Penutupan gerai dilakukan sebagai upaya mendorong pertumbuhan laba.

ADVERTISEMENT

Para investor menilai Domino's Pizza tak cepat dalam mengambil langkah untuk memperbaiki kinerja keuangan. Mark van Dyck sebagai CEO, dinilai lambat dalam mengeksekusi rencana perusahaan yang ingin menutup gerai dan memangkas biaya operasional. Dia akhirnya mundur dari jabatan CEO.

"Para pemegang saham sudah kehilangan kesabaran, dan yang tersisa juga akan kehilangan kesabaran jika kita tidak melihat perubahan lebih cepat," ujar Manajer Portofolio di Katana Asset Management, Romano Sala Tenna.

"Cowin yang turun langsung adalah hal positif. CEO baru mungkin harus lebih ambisius dan lebih bersemangat," sambungnya.

Perusahaan mencatat pendapatan di Asia turun 7,1%, Eropa 6,9%, dan Australia-Selandia Baru 5,2%. Lemahnya penjualan, terutama di Jepang dan Prancis, menjadi sorotan.

"Pergantian pimpinan yang terlalu cepat membuat arah perusahaan kabur, dan pintu yang terus berputar di ruang direksi membuat investor sulit percaya pada cerita pertumbuhan jangka panjang," kata Josh Gilbert, analis pasar di eToro.

Di tengah persaingan ketat dengan platform pesan-antar dan pemain baru, DPE menyatakan sedang fokus efisiensi termasuk membenahi biaya IT yang dianggap mahal dan tak lagi memberi keuntungan. Sementara itu, Cowin mengingatkan fondasi bisnis makanan cepat saji tetap sama.

"Saya sering ditanya apakah kebiasaan makan konsumen benar-benar berubah. Jawaban saya? Tidak banyak," jelasnya.

Simak juga Video 'Maukah Anda Membayar Rp2 Juta untuk Seloyang Hawaiian Pizza?':

(fdl/fdl)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads