Pengelola restoran cepat saji KFC PT Fast Food Indonesia Tbk (FAST), mencatat penurunan pendapatan sepanjang paruh pertama tahun 2025. Berdasarkan laporan keuangan perseroan, pendapatan tercatat menurun dari Rp 2,48 triliun menjadi Rp 2,40 triliun.
Direktur Fast Food Indonesia Wahyudi Martono, menyebut penurunan pendapatan KFC merosot sebesar Rp 77 miliar di semester I 2025. Di sisi lain, beban pokok penjualan atau cost of goods sold (COGS) KFC pada paruh pertama 2025 berada di posisi Rp 961,44 miliar dari Rp 1,05 triliun di periode yang sama tahun sebelumnya.
"Jika dibandingkan pendapatan dengan periode yang sama untuk tahun 2024 maka terjadi penurunan sebesar Rp 77 miliar. Jika dibandingkan total pendapatan pada 30 Juni 2024," ungkap Wahyudi dalam acara Public Expose secara virtual, Kamis (2/10/2025).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Wahyudi mengatakan, penurunan pendapatan ini terjadi akibat lesunya daya beli pada beberapa periode terakhir. Selain itu, perseroan juga masih menghadapi dampak COVID-19 dan gerakan boikot pada periode 2023-2024.
"Kalau dilihat dari tantangan yang ada, perseroan mengalami berbagai macam tantangan mulai dari COVID yang terjadi dimulai tahun 2020 sampai adanya boikot di tahun 2023 sampai 2024. Dan yang terakhir, yang sedang kami hadapi sekarang ini adalah kita merasakan sekali adanya penurunan daya beli dari masyarakat yang menyebabkan transaksi kita juga mengalami penurunan yang cukup besar," imbuhnya.
Kemudian dari sisi profit, diketahui KFC masih mengalami rugi sebesar Rp 138,75 miliar di semester I 2025. Meski begitu, angka tersebut turun sekitar 60% dari periode yang sama di tahun sebelumnya yakni sebesar Rp 348,83 miliar.
Kemudian, laba bruto KFC naik menjadi Rp 1,44 triliun di semester I 2025, dari periode yang sama di tahun sebelumnya sebesar Rp 1,42 triliun. Adapun total aset KFC juga tercatat naik di semester I 2025, yakni sebesar Rp 4,10 triliun dari paruh pertama 2024 sebesar Rp 3,52 triliun.
(acd/acd)