Persaingan di industri restoran cepat saji kian ketat di tengah lesunya daya beli dan perubahan perilaku konsumen. Kondisi ini berdampak pada kinerja keuangan sejumlah emiten, khususnya pengelola restoran cepat saji.
KFC di bawah kelolaan PT Fast Food Indonesia Tbk (FAST) misalnya, masih membukukan rugi bersih sepanjang semester I 2025. Nasib berbeda justru dihadapi kompetitornya, seperti PT Pioneerindo Gourmet International Tbk (PTSP) yang mengelola CFC dan PT Sarimelati Kencana Tbk (PZZA) sebagai pengelola Pizza Hut.
1. KFC Rugi Rp 138,75 M
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Mengutip laporan keuangan Fast Food di Keterbukaan Informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), emiten pengelola KFC ini masih merugi hingga Rp 138,75 miliar sepanjang semester I 2025. Meski begitu, kerugian yang ditelan KFC menyusut dibanding periode yang sama tahun 2024, yakni sebesar Rp 348,83 miliar.
Pendapatan KFC tercatat menurun 3,12% menjadi Rp 2,40 triliun di paruh pertama tahun 2025 dari Rp 2,48 triliun di periode yang sama tahun sebelumnya. Beban pokok penjualan KFC juga menyusut menjadi Rp 961,44 miliar di semester I 2025, dari Rp 1,05 triliun di periode yang sama tahun sebelumnya.
Alhasil, laba bruto KFC naik menjadi Rp 1,44 triliun di semester I 2025, dari periode yang sama di tahun sebelumnya sebesar Rp 1,42 triliun. Sementara total aset KFC tercatat naik di semester I 2025, yakni sebesar Rp 4,10 triliun dari Rp 3,52 triliun.
Namun begitu, liabilitas atau utang perseroan membengkak di semester I 2025, menjadi sebesar Rp 3,97 triliun dari posisi akhir Desember 2024 sebesar Rp 3,40 triliun. Kemudian untuk total ekuitas perseroan tercatat di posisi Rp 129 miliar hingga semester I 2025.
2. CFC Untung Rp 12,61 M
Berbeda dengan KFC, emiten pengelola restoran cepat saji CFC, Pioneerindo Gourmet membukukan laba yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar Rp 12,61 miliar. Laba perseroan tercatat tumbuh dibanding periode yang sama di tahun 2024, yakni sebesar Rp 11,90 miliar.
PTSP membukukan pendapatan sebesar Rp 368,81 miliar sepanjang semester I 2025. Angka tersebut naik sekitar 7,11% dibanding periode yang sama di tahun sebelumnya, yakni sebesar Rp 344,34 miliar.
Mayoritas pendapatan PTSP ditopang oleh operasional CFC yakni sebesar Rp 343,08 miliar di semester I 2025. Kemudian Sapo Oriental sebesar Rp 12,59 miliar, Sugakiya Rp 7,46 miliar, dan Cal Donat Rp 5,10 miliar.
Namun begitu, total aset PTSP tercatat menyusut dari Rp 343,30 miliar di akhir Desember 2024 menjadi Rp 340,13 miliar. Total liabilitas perseroan juga tercatat menyusut dari Rp 175,77 miliar menjadi Rp 161,40 miliar. Kemudian posisi ekuitas perseroan sebesar Rp 178,72 miliar.
3. Pizza Hut Mulai Untung
Sarimelati Kencana berhasil membalikkan posisi rugi dari Rp 75,11 miliar di semester I 2024 menjadi laba bersih Rp 15,56 miliar di paruh pertama 2025. Pizza Hut berhasil membukukan peningkatan penjualan menjadi sebesar Rp 1,54 triliun di semester I 2025, dari Rp 1,37 triliun di periode yang sama tahun sebelumnya.
Pizza Hut mencatat beban pokok penjualan sebesar Rp 473,68 miliar di semester I 2025. Sementara itu, laba bruto perseroan tercatat meningkat menjadi Rp 1,06 triliun dari dari Rp 936,60 miliar di periode yang sama tahun sebelumnya.
Akan tetapi, total aset emiten Pizza Hut ini tercatat menyusut menjadi Rp 2 triliun dari Rp 2,13 triliun pada akhir Desember 2024. Adapun total liabilitas perseroan tercatat sebesar Rp 975,19 miliar dengan ekuitas di posisi Rp 1,03 triliun di semester I 2025.
Lihat juga Video: Curi Start Minggu Depan, Ada Emiten Cuan!