IHSG Babak Belur, Bos Bursa Colek Penyedia Indeks Global MSCI-FSTE

IHSG Babak Belur, Bos Bursa Colek Penyedia Indeks Global MSCI-FSTE

Andi Hidayat - detikFinance
Rabu, 29 Okt 2025 14:37 WIB
Direktur Utama BEI Iman Rachman
Foto: Dok. Zoom BEI
Jakarta -

Lembaga penyedia indeks saham global, Morgan Stanley Capital International (MSCI), dikabarkan tengah meminta masukan para pelaku pasar terkait rencana penggunaan data PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) untuk penghitungan free float saham emiten Indonesia. Wacana ini disebut-sebut menjadi sentimen negatif bagi Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).

IHSG sempat merosot sesaat setelah mencapai level tertinggi atau all time high (ATH) di level 8.354,67 pada awal pembukaan perdagangan, Senin (17/10). Pada hari yang sama, IHSG juga sempat melemah 3,37% ke level 7.993,22. Kemudian kembali membaik kendati tetap tercatat melemah 1,87% ke level 8.117,15.

Direktur Utama Bursa Efek Indonesia (BEI), Iman Rachman, mengaku akan menggelar diskusi dengan MSCI untuk memastikan perlakuan tersebut juga berlaku untuk seluruh Bursa. Pasalnya, hal ini bukan kali pertama yang dilakukan MSCI terhadap Bursa Indonesia. Sebelumnya, MSCI juga mempertanyakan ketentuan Papan Pemantauan Khusus (Full Call Auction/FCA) akibat Aktivitas Pasar Tidak Biasa (Unusual Market Activity/UMA) disebut terlalu membatasi pergerakan saham.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Kita ingin kesetaraan bahwa apa yang dilakukan oleh MSCI juga diberlakukan ke semuanya. Kedua, data KSEI apa yang dibutuhkan oleh MSCI. Nah ini terus terang kita akan bangun dialog dengan MSCI ke depannya. Jadi dalam waktu singkat, kita akan membuat dialog dan mencari tahu apa yang bisa membantu MSCI sehingga data mereka terkait korporasi apa yang menjadi isu," ungkap Iman dalam acara RUPSLB secara virtual, Rabu (29/10/2025).

Namun, Iman menekankan perubahan penghitungan free float merupakan keputusan independen MSCI. Ia mengaku tidak akan mencampuri keputusan MSCI untuk menetapkan syarat khusus bagi saham Indonesia untuk dapat masuk ke indeksnya.

ADVERTISEMENT

"Kewenangan terkait dengan penentuan yang masuk indeks MSCI, tentu saja kewenangan mereka. Bursa tidak bisa ikut campur untuk pengaturan itu," ungkapnya.

Dalam kesempatan yang sama, Direktur Perdagangan dan Pengaturan Anggota Bursa BEI, Irvan Susandy, menjelaskan dialog tidak hanya dilakukan bersama MSCI. Pihaknya juga akan melakukan dialog dengan penyedia indeks global di London, yakni FTSE. Diskusi ini dilakukan untuk membantu provider terkait kebutuhan data saham yang akan masuk ke dalam indeksnya.

"Kita juga akan berdiskusi dengan, tidak hanya dengan MSCI tapi juga dengan FTSE terkait dengan data publik, seperti apa yang mereka harapkan, yang bisa kita sediakan. Dan itu bila dimungkinkan kita akan mem-publish data tersebut. Jadi bisa digunakan oleh seluruh stakeholder kita tidak hanya oleh index provider," ungkapnya.

"Kita berharap bahwa hal ini bisa membuat data-data perhitungan dari index provider ini menjadi lebih baik, sehingga apa yang sudah disampaikan oleh MSCI ini bisa mereka revisi," pungkasnya.

Wacana Perubahan Medote Perhitungan Free Float

Berdasarkan laporan Stockbit Sekuritas, MSCI tengah meminta masukan kepada para pelaku pasar terkait rencana penggunaan Monthly Holding Composition Report yang dipublikasikan oleh PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) sebagai tambahan referensi dalam menghitung free float saham emiten Indonesia. Diketahui saat ini, emiten di Indonesia hanya melaporkan pemegang saham dengan kepemilikan leih dari 5% kepada Bursa Efek Indonesia (BEI).

Sementara berdasarkan data KSEI, free float yang dilaporkan di bawah 5% dan memberikan klasifikasi pemegang saham, sehingga dapat memberikan gambaran yang lebih rinci terkait pemegang saham 5%. Selain wacana penggunaan laporan KSEI tersebut sebagai referensi tambahan, MSCI mengusulkan agar estimasi free float ditentukan berdasarkan nilai terendah.

MCSI mengusulkan free float dihitung menggunakan data kepemilikan yang dilaporkan emiten dalam keterbukaan informasi, reports, dan press release, berdasarkan metodologi MSCI. Kemudian, free float yang diestimasikan berdasarkan data KSEI, yakni dengan mengklasifikasikan saham script, kepemilikan korporasi, dan others sebagai non-free float.

Secara alternatif, MSCI mengusulkan estimasi free float berdasarkan data KSEI, yakni dengan mengklasifikasikan saham script dan kepemilikan korporasi sebagai non-free float. Stockbit dalam laporannya menegaskan, hal tersebut masih sebatas wacana.

"Sebagai catatan, wacana ini belum pasti diberlakukan dan masih menunggu masukan dari para pelaku pasar. MSCI akan menerima masukan hingga 31 Desember 2025, dengan hasil dari konsultasi akan diumumkan sebelum 30 Januari 2026. Jika proposal tersebut diterapkan, perubahannya akan diimplementasikan pada review indeks bulan Mei 2026," tulis laporan Stockbit.

Lihat juga Video: Sektor Properti Jadi Penopang IHSG di Tengah Tekanan Global

(acd/acd)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads