Maskapai pelat PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA) membukukan rapor merah hingga September 2025. Hal tersebut tercermin dalam laporan keuangannya, di mana Garuda membukukan penurunan pendapatan dan rugi yang bertambah.
Dikutip dari Keterbukaan Informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), Senin (3/11/2024), Garuda membukukan rugi sebesar US$ 182,53 juta atau sekitar Rp 3,03 triliun (asumsi kurs Rp 16.650). Angka tersebut naik 39,10% dibanding periode yang sama tahun sebelumnya yakni sebesar US$ 131,22 juta atau sekitar Rp 2,18 triliun.
Hal ini sejalan dengan turunnya pendapatan Garuda hingga September 2025, yakni menjadi US$ 2,39 miliar atau sekitar Rp 39,78 triliun. Angka tersebut turun 6,70% dari perolehan di periode yang sama tahun sebelumnya yakni sebesar US$ 2,56 miliar atau sekitar Rp 42,62 triliun.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Penurunan terdapat terjadi pada segmen penerbangan berjadwal yang turun 8,52% menjadi US$ 1,84 miliar atau sekitar Rp 30,63 triliun dari US$ 2,01 miliar atau setara dengan Rp 33,46 triliun pada periode yang sama tahun sebelumnya.
Kemudian penurunan juga tercatat pada segmen penerbangan tidak berjadwal sebesar 2,8% menjadi US$ 299,55 juta dari US$ 291,15 juta di periode kuartal III tahun sebelumnya. Selanjutnya pada segmen pendapatan lainnya juga turun 3,18% menjadi US$ 245,85 juta dari US$ 253,93 juta di periode yang sama tahun sebelumnya.
Meski begitu, Garuda berhasil menurunkan beban usaha menjadi US$ 2,28 miliar atau sekitar Rp 37,95 triliun hingga September 2025. Angka tersebut menurun sebesar 6,70% dari US$ 2,38 miliar atau sekitar Rp 39,61 triliun di periode yang sama tahun sebelumnya.
Sementara untuk posisi aset, Garuda membukukan total sebesar US$ 6,75 miliar hingga September 2025. Kemudian posisi liabilitas Garuda tercatat pada posisi US$ 8,28 miliar dengan ekuitas sebesar US$ 1,53 miliar.
Tonton juga video "Garuda Indonesia Bakal Pangkas Rute yang Gak Untungin!" di sini:
(acd/acd)










































