Bisnis Mayapada dikomandoi oleh Tahir, yang merupakan menantu dari pendiri grup Lippo Mochtar Riady. Si menantu, rupanya melihat jejak sang mertua yang sukses mengembangkan bisnis rumah sakit Siloam Hospitals Group.
Mayapada juga mengaku tidak mendapat kesulitan keuangan untuk mengembangkan bisnis-bisnisnya karena ada investor yang sudah sangat solid seperti dari Dubai dan Singapura.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Antara bank dan rumah sakit, mana yang akan lebih difokuskan?
Sekarang Mayapada Group akan membangun platform dengan foundation yang tepat dan struktur keuangan yang proper kemudian dengan direction yang proper. Di banking
misalnya, BII kemarin diambilalih, harganya luar biasa, hampir US$ 3 miliar.
Jadi platform financenya itu tepat. Jadi ini platform. Kita membangun sebuah platform, kita ada platform retail namanya Duty Free, kita ada platform financial Mayapada Bank, sekarang ada platform healthcare. Menyangkut healthcare ini kita fokus mengenai apa yang akan dikerjakan.
Jadi yang kita tahu, bukan mana yang prioritas, tapi setiap platform harus dibangun dengan kokoh, strukturnya harus bagus, gimana mengatur keuangan sehingga permodalan dibanding utangnya baik.
Menurut Infobank, Mayapada itu bank listed yang terbaik kedua. Di dalamnya ada partner Dubai, ada Avenue Capital dan Harmony Capital. Dan partner ini juga ikut ke healthcare. Di healthcare kita juga bangun foundation yang kuat. Jadi kita kerja sesuatu itu yang fokus, bangun sesuatu yang kuat, nanti selanjutkan biar profesional yang lanjutkan.
Bagi kita semua penting, bangun platform itu nggak mudah. Harus hati-hati, karena nanti bangunannya diatas. Jadi menghadapi badai krisis seperti waktu 1997, Bank Mayapada bisa survive. Demikian juga healthcare, tapi healthcare khusus karena ada obligasi sosialnya.
Bagaimana combine ini antara sosial dan komersial? Kita harus atur ini, karena rumah sakit juga harus untung. Kalau nggak, nggak bisa beli alat-alat baru, nggak bisa beri kesejahteraan bagi perawat dan dokter kita, nggak bisa beri pelayanan yang
baik.
Tapi kalau ini saja motivasi kita, kita juga nggak mau. Kita kerja rumah sakit karena ada panggilan. Jadi kita juga tekuni sosialnya. Tapi harus dipisahkan. Sosialnya mewakili keluarga dan pribadi yang terpanggil. Rumah sakit harus dijalankan secara profesional oleh yang ahli. Ini strateginya.
Jadi ke depannya akan 50:50?
Sesuai kemampuan.
Mengenai investasi Rp 1 triliun, darimana mendapatkannya?
Ya kita lagi kumpulin Rp 1 triliun dari partner-partner kita untuk 4 rumah sakit.
National Healthcare kan banyak membawahi rumah sakit, dia kerjasama dengan Lippo juga?
Nggak
Pendanaan porsi terbesarnya darimana?
Kita ada partner dari Dubai, Avenue Capital dan Harmony Capital. Mereka partner kita di bank dan di healthcare.
Porsinya bagaimana?
Sementara ini belum bisa dijelaskan. Hehehe....
Setelah bank dan rumah sakit, kedepan mau merambah apalagi?
Nanti kita bicarakan lagi, Hahahaha.
Pak, mau kerjasama sama Lippo ya?
Belum, cuma kita famili Lippo. Gitu aja.
(lih/ir)