Peningkatan jumlah tersebut karena meningkatnya jumlah saham yang ditawarkan dari 9,65 miliar saham (31,66%) menjadi 11,139 miliar saham (34,83%).
Peningkatan target IPO ini dilakukan berkaitan dengan penambahan rencana pengembangan perusahaan dengan akuisisi atas Agalia yang merupakan pemilik minoritas dari PT Adaro Indonesia (AI), PT Indonesia Bulk Terminal (IBT) dan Coaltrade Services International Pte Ltd. (CT). CSPA (Conditional Sale and Purchase Agreement) atau kesepakatan jual beli atas Agalia tersebut telah ditandatangani tanggal 13 Mei 2008.
"Dengan rencana akuisisi tersebut, maka Adaro Energy akan memiliki 100% AI, IBT dan CT serta 85,9% Sapta Indra Sejati (SIS)," kata Boy Garibaldi Thohir, Presiden Direktur PT Adaro Energy Tbk dalam siaran pers yang diterima detikFinance, Kamis (15/5/2008).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kami ingin memperbesar skala ekonomi dan memperoleh kemampuan keuangan yang jauh lebih fleksibel agar dapat lebih mendukung strategi pengembangan usaha yang lebih solid ke depan," tambahnya.
Dalam IPO ini, Adaro Energy telah menunjuk PT Danatama Makmur sebagai Penjamin Pelaksana Emisi. Sedangkan UBS, Morgan Stanley dan DBS ditunjuk sebagai International Placement Agent. Selain itu BNP Paribas dan Macquire juga telah menyatakan minatnya untuk dapat ikut berpartisipasi dalam transaksi ini
Dana hasil IPO tersebut sebanyak Rp 10,8 triliun akan digunakan oleh PT Adaro Energy Tbk untuk meningkatkan penyertaan saham di PT Adaro Indonesia, PT Indonesia Bulk Terminal (IBT), dan Coaltrade Services International Pte Ltd.
Peningkatan saham di ketiga perusahaan itu dilakukan melalui penambahan saham PT Alam Tri Abadi (ATA) yang selanjutnya Rp 8,31 triliun akan digunakan untuk membeli 100% saham Ariane Investments Mezzanine Pte Ltd (AIM) dan sekitar Rp 1,6 triliun akan digunakan untuk mengakuisisi 100% saham Agalia secara langsung dan tidak langsung. AIM dan Agalia merupakan pemilik tak langsung 33% saham Adaro Indonesia, 32,8% saham IBT, dan 36% saham Coaltrade. Sebanyak US$ 100 juta akan digunakan untuk melunasi utang anak perusahaan kepada pihak ketiga.
Adaro Energy juga akan menggunakan Rp 356 miliar dari dana IPO untuk membeli saham milik PT Persada Capital Investama (PCI) dan PT Saratoga Investama Sedaya (SRIS) di ATA. Sedangkan Rp 158,77 miliar akan digunakan untuk melunasi pembayaran jual beli saham Sapta Indra Sejati (SIS) milik PCI, SRIS dan PT Cipta Sejahtera Persada (CSP).
Sebanyak Rp 370 miliar akan dimanfaatkan oleh Adaro Energy untuk meningkatkan penyertaan di Sapta Indra Sejati yang selanjutnya digunakan untuk belanja modal dan modal kerja Sapta Indra Sejati.
Boy Thohir menjelaskan, cadangan terbukti di wilayah pertambangan Adaro Energy melalui anak perusahaannya diperkirakan sebesar 928 juta ton, dengan sumber daya diperkirakan sebesar 2.803 juta ton per tanggal 31 Desember 2007.
"Saat ini kapasitas produksi Adaro mencapai 40 juta ton per tahun dan berencana meningkatkan kapasitas hingga mencapai 80 juta ton dalam jangka waktu lima tahun ke depan," ujarnya.
Adaro Energy dan anak perusahaannya saat ini merupakan salah satu perusahaan pertambangan batubara terintegrasi terbesar di Indonesia. Adaro Energy memiliki tiga lini bisnis utama yakni di sektor pertambangan dan perdagangan batubara, jasa kontraktor penambangan serta infrastruktur dan logistik batubara.
(ir/ir)