"Selama ini kontribusi kapitalisasi pasar emiten batubara ke IHSG sekitar 20%. Masuknya Adaro dan Bayan setelah Indika, akan meningkatkan kontribusi ke IHSG jadi 30%," ujar Analis PT BNI Securities, Norico Gaman saat dihubungi detikFinance, Kamis (3/7/2008).
Penilaian tersebut didasarkan pada tingginya minat investor pada saham-saham tambang belakangan ini, terutama saham emiten batubara.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Norico menambahkan, masuknya tiga emiten batubara tahun ini tidak akan menggerus kapitalisasi pasar emiten-emiten batubara lainnya, seperti PT Tambang Batubara Bukit Asam Tbk (PTBA), PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG), dan terutama PT BUMI Resources Tbk (BUMI).
"Kalau kita lihat, investor itu akan tetap memperhatikan prospek fundamental emiten-emiten tersebut. Selama ini, investor sudah mengenal kinerja BUMI. Jadi untuk tahap awal, tentu investor akan menilai lebih dalam kinerja emiten-emiten baru tersebut," papar Norico.
Menurut Norico, kapitalisasi pasar BUMI terhadap IHSG saat ini sekitar 10-12%. Sejauh ini, masuknya PT Indika Energy Tbk (INDY) ke lantai bursa dengan kapitalisasi IPO sebesar Rp 2,764 triliun pada 11 Juni lalu, belum mampu menggoyahkan kapitalisasi pasar BUMI.
"Itu menunjukkan bahwa investor masih menguji kinerja INDY. Lagipula secara prospek, BUMI masih lebih kuat karena ia memiliki batubara dengan kualitas primer," ulas Norico.
Sementara mengenai penundaan IPO Adaro menyusul belum diperolehnya pernyataan efektif dari Badan Pengawas Pasar Modal & Lembaga Keuangan (Bapepam-LK), menurut Norico hal itu tidak akan mengurangi kepercayaan investor pada saham Adaro nantinya.
"Karena itu kan hanya masalah legal saja. Saya rasa investor tetap melihat kinerja fundamental Adaro yang cukup bagus. Dia kan perusahaan batubara nomor dua," ujar Norico. (dro/ir)