"Opsi penerbitan obligasi tidak jadi kami ambil," ujar Presiden Direktur EXCL, Hasnul Suhaimi, usai RUPSLB di Grha XL, Mega Kuningan, Jakarta, Rabu (3/8/2008).
Pada RUPSLB yang telah diadakan sebelumnya tanggal 29 Juli 2008, pemegang saham telah menyetujui penambahan anggaran belanja modal (capital expenditure/capex) tahun ini sebesar US$ 250 juta menjadi US$ 1,25 miliar.
Untuk penambahan dana sebesar US$ 250 juta tersebut, pemegang saham menyetujui opsi penerbitan obligasi rupiah maupun dollar.
"Tingkat suku bunga terlalu tinggi. Jadi kami memutuskan tidak mengambil opsi penerbitan obligasi. Lebih baik cari pinjaman perbankan saja," ujar Direktur Keuangan EXCL, Willem Timmermans.
Sehubungan dengan itu, tahun ini EXCL menganggarkan capex sebesar US$ 1,25 miliar dan agenda pembiayaan kembali (refinancing) sebesar US$ 600 juta, atau totalnya sekitar US$ 1,85 miliar.
Sebelumnya, Hasnul pernah mengatakan porsi kas internal dalam pendanaan tersebut sekitar US$ 625 juta, sisanya sebesar US$ 1,225 miliar dari pendanaan eksternal.
Dalam catatan detikFinance, pinjaman yang telah diperoleh EXCL tahun ini totalnya sebesar US$ 828,26 juta dengan kurs US$ 1 = Rp 9.200.
Pinjaman tersebut terdiri dari Mandiri Rp 2,7 triliun, BCA Rp 3 triliun, DBS Rp 700 miliar, ABN AMRO US$ 50 juta, HSBC US$ 50 juta dan SMBC Rp 300 miliar.
Sementara itu, fasilitas pinjaman dari Mandiri yang dimiliki EXCL masih ada sebesar Rp 1,3 triliun (US$ 141,3 juta) yang belum dicairkan.
"Kami akan mencari pinjaman baru, terutama dari bank-bank yang pernah memberikan pinjaman pada kami. Namun bisa juga bank-bank lain," ujar Willem.
Sejauh ini ada 9 bank yang pernah memberi pinjaman pada EXCL, yaitu Mandiri, BCA, DBS, HSBC, ABN AMRO, Standard Chartered, Mizuho, JP Morgan dan SMBC. (dro/ir)