Fenomena pemberian hampers saat lebaran menjadi kebiasaan baru bagi masyarakat Indonesia. Perencana Keuangan senior Aidil Akbar menilai fenomena tersebut sebagai kelanjutan dari tren pemberian parsel di masa lalu.
Aidil menyarankan agar pemberian hampers tidak menjadi seperti kewajiban saat lebaran, terutama bagi mereka yang tidak mengharuskan memiliki banyak relasi dalam menjalankan pekerjaan.
"Hampers itu sekarang jadi ajang bangga-banggaan. Di satu sisi oke kalau memang kita seorang pengusaha atau berhubungan dengan banyak relasi itu mungkin masih oke dalam hal memberikan hampers. Tapi ketika kita hanya pekerja biasa, bukan bagian marketing atau client service yang meghandle client, tidak punya relasi yang cukup banyak, tidak ada kewajiban kita memberikan hampers," ujar Aidil dalam program d'Mentor yang disiarkan detikcom (11/5/2021).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lain halnya jika memberikan hampers untuk keluarga atau teman terdekat. "Alangkah baiknya hampers diberikan kepada fakir miskin karena amal jariyahnya juga dapat," tuturnya.
Lebih lanjut, Aidil mensarankan jangan sampai pemberian hampers menjadi beban keuangan bagi si pemberi. Namun, ia menyarankan agar hampers diberikan kepada yang membutuhkan jika ingin tetap memberi hampers.
"untuk mayoritas orang Indonesia yang tidak punya hubungan bisnis saya kira tidak wajib. Kalaupun memberi kasih kepada orang-orang terdekat, keluarga. Dan itu harus dilihat-lihat lagi, biasanya kita kasih hampers itu ke bos ke pejabat. Mereka itu terima hampers banyak sekali mas, dan itu pada akhirnya menjadi mubazir," ujarnya.
(hnf/hnf)