Mengawali kisahnya, Habibie bercerita bagaimana kisah remajanya harus ditinggal oleh sang ayah yang meninggal dunia saat menjadi imam salat. Setelah itu, kemudian sang ibu berjanji untuk menjadikan seluruh anaknya menjadi manusia yang berguna bagi bangsa, agama, dan negara.
Di tahun 1954, saat usianya menginjak 18 tahun, Habibie melanjutkan studinya ke Universitas Indonesia Bandung atau kini Institut Teknologi Bandung (ITB) jurusan Teknik Mesin. Tak sampai di situ, pada tahun 1955, Habibie melanjutkan studi Teknik Penerbangan di RWTH Aachen, Jerman dan menerima gelar Diplomat Ingenieur pada 1960 dan gelar Doktor Ingenieur pada 1965.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dengan berbagi kisahnya, Habibie berharap banyak anak muda di Republik ini tergerak untuk terus belajar dan berkontribusi bagi Indonesia.
Habibie juga bercerita tentang cita-citanya membangun industri dirgantara di Indonesia. Sehingga mobilitas masyarakat Indonesia bisa pergi dari satu tempat ke tempat lain dengan mudah dan cepat.
"Yang saya kehendaki dan cita-citakan buat pesawat terbang. Membawa manusia Indonesia ke tiap titik," ujar Habibie disambut tepuk tangan hadirin.
Habibie juga sepakat bahwa regenerasi harus terus dilakukan agar Indonesia bisa terus tumbuh bersama negara lain.
"Mekanisme pemberian stik harus dikembangkan. Manusia yang ambil stiknya harus dipersiapkan, yang ambil performancenya harus lebih tinggi," tutur Habibie. (mkj/mkj)