Aplikasi ride-sharing Lyft akan melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) besar-besaran. Pemangkasan itu dilakukan seminggu setelah perusahaan mengangkat CEO yang baru David Risher.
Melansir CNBC, Sabtu (22/4/2023), seorang juru bicara Lyft menolak mengomentari secara spesifik jumlah karyawan yang dipangkas. Akan tetapi Wall Street Journal melaporkan bahwa perusahaan akan memberhentikan setidaknya 1.200 pekerja, atau sekitar 30% dari 4.000 tenaga kerjanya.
"Saya mengonfirmasi bahwa kami akan secara signifikan mengurangi ukuran tim sebagai bagian dari restrukturisasi untuk fokus pada pemenuhan kebutuhan pengendara dan pengemudi yang lebih baik," kata Risher kepada karyawan Lyft melalui email yang dipublikasikan di blog Lyft. Penunjukan Risher sendiri diumumkan pada bulan Maret dan mulai berlaku 17 April.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ini bukan pertama kalinya Lyft melakukan PHK. Perusahaan sebelumnya sudah mengurangi jumlah karyawannya pada bulan November, memangkas 700 pekerja atau sekitar 13% dari tenaga kerja.
"Kami harus menjadi perusahaan yang lebih cepat dan lebih rata di mana setiap orang lebih dekat dengan pengendara dan pengemudi kami sehingga kami dapat memenuhi tujuan ini," tulis Risher pada hari Jumat.
Risher, mantan eksekutif Amazon, memberi tahu karyawan di balai kota beberapa minggu lalu bahwa PHK akan segera terjadi.
Perusahaan jaringan transportasi berbasis aplikasi ini sebenarnya sudah terseok-seok sejak IPO pada 2019. Hal itu karena pesaing utamanya di Amerika Serikat (AS) yakni Uber tetap unggul dalam hal pangsa pasar dan kapitalisasi pasar.
"David telah menjelaskan kepada perusahaan bahwa fokusnya adalah menciptakan pengalaman yang hebat dan terjangkau bagi pengendara dan meningkatkan pendapatan pengemudi," kata juru bicara Lyft kepada CNBC. "Ini adalah keputusan yang sulit dan keputusan yang tidak kami buat dengan enteng," tambahnya.
(das/hns)