Sederet Tantangan RI Menuju Transisi Energi Ramah Lingkungan

Sederet Tantangan RI Menuju Transisi Energi Ramah Lingkungan

Ignacio Geordi Oswaldo - detikFinance
Senin, 03 Jun 2024 15:41 WIB
Kawasan Ekonomi Hijau
Foto: Kawasan Ekonomi Hijau (M Fakhry Arrizal/detikcom)
Jakarta -

Indonesia telah berkomitmen terhadap transisi energi ramah lingkungan untuk mencapai Net-Zero Emissions (NZE) pada tahun 2060 atau lebih cepat. Untuk merealisasikan hal ini, ada beberapa tantangan yang perlu dihadapi.

Sekretaris Jenderal Dewan Energi Nasional, Djoko Siswanto berbicara tentang tantangan implementasi kebijakan energi nasional dan NZE. Ia menyampaikan upaya untuk mencapai transisi energi harus bisa melakukan langkah-langkah seperti Pembangunan pembangkit Energi Baru Terbarukan (EBT) harus dilakukan sesuai potensi daerah (setempat).

Pembangunan infrastruktur jaringan listrik yang menjangkau daerah terpencil. Penerapan pajak karbon untuk meningkatkan daya saing EBT, serta mendorong perbankan untuk pengembangan EBT dengan bunga rendah.

"Selain itu perlu dibangun industri pendukung di dalam negeri antara lain : solar cell, baterai, mobil dan motor listrik, pabrik hidrogen, dan lain-lain yang memiliki potensi keberlanjutan tinggi dan prospek di dalam industri energi," kata Djoko dalam acara Leading the Future: Expanding Horizon of Indonesia Energy Transition di Jakarta, Senin (3/6/2024).

Selain itu, persiapan sumber daya manusia merupakan salah satu elemen terpenting untuk mendukung transisi energi hijau menuju NZE. Transisi energi hijau ini telah menjadi kesepakatan global dan akan mengubah banyak hal.

"Transisi energi hijau menuju energi bersih dan ramah lingkungan telah menjadi kesepakatan global dan akan mengubah banyak hal, seperti perubahan lapangan kerja, skenario pembangunan, orientasi bisnis dan lain-lain, baik dalam skala global/regional maupun nasional," ungkap pengamat dari ITB Agus Purwadi.

Lebih lanjut, ia mengatakan ekosistem transisi energi hijau juga membuka peluang dan tantangan baru, diperlukan pemahaman, strategi dan mekanisme yang tepat untuk mengidentifikasi tantangan/peluang saat ini dan tantangan/peluang masa depan, sehingga transisi energi rendah karbon yang adil dan merata dapat terlaksana dengan baik.

"HIOKI mengambil peranan cukup penting untuk menuju energi hijau. Alat-alat kalibrasi dan pengukuran yang kami miliki, bertujuan untuk menjaga standar kualitas dari produk baterai yang dipakai pada kendaraan listrik dan juga produk-produk industri lainnya," sambut President Director Hioki Indonesia Tisna Irawan.

Hioki Indonesia merupakan cabang dari Hioki E.E Corporation yang merupakan salah satu perusahaan terdepan dalam solusi pengukuran presisi dan instrumen uji dari Jepang. Pada kesempatan seminar ini, Hioki juga mengumumkan pembukaan Training Center dan Kantor Cabang baru di Surabaya.

Fasilitas baru ini menandakan komitmen Hioki untuk menjawab kebutuhan sumber daya manusia yang mumpuni dalam industri energi hijau dan juga untuk memperluas jangkauan dan memberikan layanan terbaik bagi pelanggan di Indonesia.

Training center Hioki Indonesia menawarkan program pelatihan yang dirancang untuk membantu sumber daya manusia dengan pengetahuan dan keterampilan untuk menggunakan Hioki sebagai suatu sistem yang terintegrasi, sehingga dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas dalam pekerjaan mereka.

Salah satu fokus utama training center Hioki Indonesia adalah bagaimana merancang sistem yang tepat pada EV untuk mendapatkan efisiensi dan keamanan yang lebih baik. Hioki Indonesia berkomitmen untuk menjalin kolaborasi dengan berbagai pihak, seperti universitas, pemerintah, dan private sector dalam mengembangkan program pelatihan yang berkualitas dan sesuai dengan kebutuhan industri. Kolaborasi ini diharapkan dapat memperkuat ekosistem edukasi dan pelatihan di Indonesia, khususnya dalam bidang otomotif dan EV.