Direktur Utama PAM Jaya Arief Nasrudin menuturkan teknologi pengelolaan air baku menjadi air minum merupakan salah satu upaya PAM Jaya dalam meningkatkan akses air minum untuk masyarakat Jakarta.
Pada tahun ini PAM Jaya menargetkan total sambungan perpipaan di kawasan Jakarta mencapai 85.000 sambungan. Untuk mewujudkannya, di Jakarta akan ditambahkan 7.000 km sambungan pipa bawah tanah.
"Tahun ini (2024) kita akan punya target 85.000 sambungan. Jakarta akan menambah 7.000 km sambungan di bawah tanah pipa air bersih dan ini menjadi salah satu hal target kita sampai 2030 staging-nya," kata Arief usai acara Anugerah Ekonomi Hijau detikcom di Menara Bank Mega, Jakarta Selatan, Selasa (30/7/2024).
Menurut Arief, hal ini menjadi salah satu program percepatan PAM Jaya untuk menyelamatkan bumi Jakarta. Saat ini, di Jakarta sendiri akses air bersih baru mencapai sekitar 68% masyarakat Jakarta dan bahkan untuk akses air minum masih jauh dari itu.
"Ini menjadi salah satu program percepatan kita untuk menyelamatkan bumi Jakarta. Jakarta menjadi kota global tidak akan ada isu tentang air bersih," ujarnya.
Selaras dengan itu, PAM Jaya telah melakukan sejumlah terobosan. Salah satunya seperti Teknologi Pengolahan Air Minum di Instalasi Pengolahan Air (IPA) Mookervart. Teknologi ini membuat masyarakat di kawasan Rusun Daan Mogot, Jakarta Barat, bisa mendapatkan akses air siap minum dari Kali Mookervart dan Waduk Daan Mogot.
Hal ini lah yang akhirnya membuat PAM Jaya berhasil mendapatkan Anugerah Ekonomi Hijau detikcom Kategori Program Ramah Lingkungan atas Penerapan Teknologi Pengolahan Air Minum di Instalasi Pengolahan Air (IPA) Mookervart.
Selain itu, inovasi lainnya yang direncanakan bisa diterapkan dalam mendorong akses air minum di kawasan Jakarta ialah membuat dispenser-dispenser plug in di perpipaan PAM Jaya.
Ke depan, PAM Jaya berharap, bukan hanya pelayanan akses air bersih 100% di Jakarta, tetapi juga pihaknya bisa turut serta mendukung penyediaan pangan. Arief mengatakan, PAM Jaya tengah mengkaji ke arah pengembangan industri akuaponik.
"Kita memang akan develop itu karena kebetulan kami punya beberapa aset yang bisa dikembangkan dan dimodifikasi. Dan itu salah satu terobosan kami di masa depan," ujar Arief.
"Tetapi fokus kami saat ini masih kepada bagaimana masyarakat Jakarta menikmati air bersih dalam waktu sangat singkat, 2030. Karena ketika itu sampai, Jakarta tidak perlu lagi ada orang jualan air dorong pakai gerobak dan itu cukup mahal biayanya (harga beli air)," pungkasnya. (shc/hns)