Seperti yang dilakukan oleh GIZ dan NusaTuna yang berkolaborasi dalam mengurangi emisi karbon di rantai pasok makanan laut dengan mengintegrasikan pasokan energi ramah iklim dan berkelanjutan ke dalam sistem rantai dingin.
Business Development Manager NusaTuna Andrew Roberts mengungkapkan perjanjian kerja sama adalah langkah penting dalam upaya berkelanjutan di NusaTuna.
Sistem pendingin sangat vital bagi industri perikanan yang perlu membekukan ikan untuk menjaga kualitas dan memastikan keamanan pelanggan. "Oleh karena itu, nota kesepahaman ini berfokus pada peningkatan efisiensi sistem pendingin kami serta mengurangi dampak lingkungan yang ditimbulkannya," kata dia dalam siaran pers, Selasa (17/9/2024).
Sementara itu Private Sector Engagement and Partnership Lead di USAID Indonesia Ber-IKAN Ranggi Fajar Muharam menyambut baik kerja sama ini. "Kami senang dapat bekerja sama dengan GIZ dalam mendukung mitra sektor swasta kami dan berkontribusi pada pengurangan emisi karbon. Kerja sama ini akan mendukung mitra sektor swasta dalam mengadopsi strategi adaptasi dan mitigasi yang lebih efektif," jelas dia.
Sesi ini kemudian, dilanjutkan dengan penandatanganan perjanjian kerja sama antara GIZ, Fresh Factory (PT Gudang Segar Indonesia), dan IPB (Institut Pertanian Bogor), yang bertujuan untuk mendorong kolaborasi teknologi antara penelitian dan industri.
Inisiatif ini akan mengembangkan solusi ekonomis dan teknis, seperti gudang pendingin dan pabrik es tenaga surya, yang diharapkan mampu mengurangi emisi CO2 dalam rantai pasokan perikanan dan sektor ekonomi lainnya, serta mendukung upaya Pemerintah Indonesia dalam menurunkan emisi gas rumah kaca di sektor energi.
Founder and CEO Fresh Factory Larry Ridwan mengungkapkan ini merupakan langkah yang sangat tepat. Seperti yang telah disampaikan, kita sedang menghadapi krisis iklim, dan sangat logis bagi semua pemangku kepentingan, termasuk sektor swasta, untuk terlibat dalam solusi.
Kepala Lembaga Riset Internasional Teknologi Maju Bogor Agricultural University (IPB) Anas M. Fauzi mengungkapkan IPB adalah universitas terkemuka di bidang pertanian dan kehutanan di ASEAN, dan misi IPB adalah melakukan pendidikan, penelitian, dan pemberdayaan masyarakat.
Indonesia memiliki potensi besar untuk memanfaatkan energi surya dalam rantai pendingin, terutama dengan meningkatnya kebutuhan energi dan dampak signifikan emisi CO2 dari sektor ini. Penandatanganan kerja sama ini menjadi bukti nyata komitmen semua pihak untuk memperkuat infrastruktur energi di Indonesia dan mendukung upaya global dalam menghadapi perubahan iklim. (kil/kil)