Hal ini disampaikan oleh Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian ESDM Eniya Listiani Dewi dalam acara 'Solutions to Indonesia's Environmental Challenge'.
Target pemanfaatan pembangkit listrik berbasis energi laut tersebut tercantum dalam Rencana Umum Ketenagalistrikan Nasional (RUKN) dan Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL).
"Dalam skenario net zero, ini penggunaan angin bertambah, lalu laut akan ada. Laut sudah mulai di-address 2 giga (watt) di tahun 2060," kata Eniya, di Hotel Borobudur Jakarta, Selasa (24/9/2024).
Eniya mengatakan, rencana pembangunan PLTGL ini sedang dalam proses kerja sama dengan Internasional untuk mempelajari datanya. Hal ini baik untuk pembangkit listrik tenaga gelombang laut (PLTGL) dan maupun Pembangkit Listrik Tenaga Arus Laut (PLTAL).
"Memang laut ini sedang kita kerja samakan dengan internasional untuk bisa diambil datanya, baik dari gelombang maupun dari arus laut, maupun dari laut dalam, kita bisa manfaatkan," ujarnya.
Lebih lanjut, Kementerian ESDM mencatat total pemanfaatan energi terbarukan dari laut masih 0 persen. Padahal, potensi dari pembangkit listrik berbasis energi laut ini mencapai 63 GW.
Sedangkan untuk pemanfaatan energi baru terbarukan (EBT) di Indonesia sendiri baru sebesar 0,3% atau sekitar 13,7 GW, dari total potensi sebesar 3,4 terawatt (TW).
Untuk merealisasikan optimalisasi sumber-sumber energi terbarukan ini, lanjut Eniya, mencapai US$ 15,9 miliar untuk kapasitas 7,66 GW hingga tahun 2030. Hal ini berdasarkan RUPTL.
"EBT kita saat ini baru dipakai 0,3%, di antara 3,4 TW potensinya. Di sini pun, laut masih 0 targetnya, pemanfaatannya. Nah, ini kita harapkan itu muncul di tahun berapa nih," kata Eniya. (shc/rrd)