RI Bakal Punya Pembangkit Listrik Hijau Jumbo

RI Bakal Punya Pembangkit Listrik Hijau Jumbo

Shafira Cendra Arini - detikFinance
Senin, 14 Okt 2024 18:30 WIB
Saat ini Indonesia sedang mengembangkan energi baru terbarukan (EBT). Pengembangan EBT sejalan dengan program pemerintah untuk mencapai target nol emisi karbon.
Ilustrasi EBT - Foto: AP/Dita Alangkara
Jakarta - PT PLN (Persero) mengungkapkan rencana besar pembangunan pembangkit listrik hijau dalam beberapa tahun ke depan. Ditargetkan hingga 2040 Indonesia bisa memiliki kapasitas pembangkit listrik berbasis energi baru dan terbarukan (EBT) hingga 30 Giga Watt (GW).

Direktur Utama PT PLN (Persero) Darmawan Prasodjo mengatakan, konsumsi listrik saat ini didominasi di Pulau Jawa. Sedangkan, untuk pembangkit listrik berbasis EBT sendiri kebanyakan berada di luar Pulau Jawa.

Karena itulah, untuk memastikan pasokan listrik EBT tersebar secara merata, pihaknya berencana untuk membangun Green Enabling Transmission Line. Ditargetkan, nantinya pada 2040 sumber EBT yang tersedia untuk ditransmisikan mencapai 30 GW.

"Kita bangun green enabling transmission line ini, maka akan ada penambahan renewable energy dalam skala yang sangat besar lebih dari 30 GW," kata Darmawan, di Menara Bank Mega, Jakarta, Senin (14/10/2024).

Darmawan mengatakan, pihaknya menargetkan pembangunan 70.000 km transmission line hingga 2040 untuk mendukung distribusi listrik tersebut. Hal ini sejalan dengan rencana PLN untuk merealisasikan kebijakan transisi energi dari energi berbasis fosil ke energi berbasis EBT.

Adapun pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) berbasis batu bara selalu menyesuaikan pusat permintaan, misalnya untuk kebutuhan industri. Namun, kondisinya berbeda bagi pembangunan pembangkit EBT, baik itu air (PLTA), solar (PLTS), angin (PLTB), hingga panas bumi (PLTP), yang sumbernya biasanya jauh dari pusat permintaan.

"Untuk itu kita menghadapi suatu tantangan bagaimana adanya mismatch, lokasi dari resources hidro, geothermal, wind dengan solar dengan epicentrum of demand," ujarnya.

Pembangunan green enabling transmission line didorong untuk menjadi solusi atas permasalahan ini. Ia mengatakan, selama 10 tahun terakhir pembangunan transmisi hijau ini hanya sekitar 53.000 km, meskipun panjangnya sudah melebihi keliling bumi yakni 42.500 km.

"Kalau sampai 2040 sampai sekitar 70.000 km transmission line. Hanya untuk menyambungkan mismatch antara lokasi dari resources sampai ke epicentrum of demand," kata dia.

Di samping itu, ia mengungkapkan bahwa saat ini PLN tengah membangun smart grid untuk mengakomodasi listrik dari pembangkit EBT yang bersifat intermiten.

"Kita tidak mungkin bisa menambah variable renewable energy solar and wind dalam skala yang besar. Maka dengan perancangan seperti ini ke depan 75 persen penambahan kapasitas pembangkit kita berbasis pada renewable energy," ujar Darmawan.

Sebagai tambahan informasi, Indonesia telah menetapkan Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) PLN 2020-2030 sebesar 41 GW selama 10 tahun. Terdapat di dalamnya 21 GW atau 52% proyek yang berasal dari pembangkit EBT.

Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan, hingga 2040 akan ada penambahan kapasitas pembangkit listrik sebesar 21 gigawatt (GW) menjadi 62 GW. Menurutnya, target RUPTL energi baru terbarukan (EBT) 62 GW ini dua kali lipat dari listrik yang ada di Indonesia saat ini.

"Saya hanya ingin memberi tahu Anda bahwa Presiden akan segera mengumumkan juga RUPTL kita tentang Energi Terbarukan 62 Gigawatt hingga 2040. Ini, menurut saya, dua kali lipat dari listrik yang ada di negara ini," kata Luhut, di Jakarta Convention Center (JCC), Senayan, Jakarta Kamis (5/9/2024). (kil/kil)