Hashim menjelaskan, akan ada pembangunan 100 GW pembangkit baru dalam 15 tahun ke depan. Yang menarik adalah, 75% atau 75 GW dari pembangkit baru tersebut akan berasal dari sumber-sumber energi terbarukan.
Rinciannya, pembangkit tenaga angin direncanakan menyumbang sebesar 35 GW. Sisanya akan bersumber dari tenaga matahari, air, geothermal, dan tenaga nuklir.
"Semua yang 75 GW ini akan berasal dari energi terbarukan, kita akan mampu, kita harapkan ini terjadi dalam 15 tahun ke depan. Ini adalah komitmen-komitmen dari pemerintahan yang baru," kata Hashim.
Di luar itu, ada juga komitmen program baru seperti penangkapan karbon atau Carbon Capture Storage (CCS). Hashim bilang, beberapa perusahaan multinasional dunia seperti Exxon Mobil, British Petroleum (BP), dan lainnya telah menyampaikan rencana untuk berinvestasi di program tangkap dan simpan karbon Indonesia.
"Indonesia diberkati dengan potensi penyimpanan karbon yang sangat besar. Kita diberkati dengan potensi dalam jumlah besar di seluruh nusantara, baik yang lokasinya di darat maupun di lepas pantai," jelas Hashim.
Program tangkap dan simpan karbon atau Carbon Capture Storage/Carbon Capture Utilization and Storage (CCS/CCUS) dinilai menjadi kunci untuk mengurangi emisi karbon.CCS adalah salah satu teknologi yang berfungsi menyerap emisi karbon yang dihasilkan oleh suatu sistem, di mana karbon yang telah ditangkap akan disimpan di suatu tempat yang sudah disiapkan.
Teknologi ini memungkinkan beberapa sektor energi mengurangi emisi CO2 ke atmosfer sehingga mendukung upaya mitigasi perubahan iklim. Secara sederhana, melalui teknologi CCS, CO2 dari bahan bakar fosil ataupun dari limbah hasil pembakarannya dapat ditangkap kembali untuk kemudian disimpan di bawah tanah atau di bawah laut (eds/kil)