COP 29 Azerbaijan

Mari Elka Ungkap RI Butuh Rp 4.426 T buat Pendanaan Iklim hingga 2030

Herdi Alif Al Hikam - detikFinance
Selasa, 12 Nov 2024 18:30 WIB
Foto: Herdi Alif Al Hikam/detikcom
Jakarta - Negara berkembang butuh bantuan dana besar untuk mempercepat aksi-aksi iklim. Hal ini diungkapkan oleh Wakil Delegasi Indonesia di ajang COP 29 Mari Elka Pangestu.

Dia memaparkan butuh sekitar US$ 1-2 triliun untuk pendanaan aksi iklim di dunia, jika ditambah dengan aksi SDGs di dalamnya jumlahnya akan membengkak menjadi US$ 6 triliun. Namun kenyataannya, saat ini baru ada komitmen realisasi investasi senilai US$ 100 miliar saja di seluruh dunia.

"Dan berdasarkan Perjanjian Paris, US$ 100 miliar baru terpenuhi, tepatnya pada tahun 2022 dan benar-benar ada kesenjangan pembiayaan yang besar," beber Mari Elka dalam sesi diskusi pada Paviliun Indonesia di COP 29, Baku Olympic Stadium, Azerbaijan, Selasa (12/11/2024).

Mari mengatakan saat ini pendanaan itu juga sangat membutuhkan bantuan pihak korporasi swasta di seluruh dunia. Seharusnya dari US$ 100 miliar pendanaan yang ada, besarannya lebih banyak dari pihak korporasi swasta. Namun, kenyataannya berbeda.

"Semua itu tidak terjadi, untuk setiap US$ 1 pendanaan konsesi, jumlahnya sangat kurang dari US$ 1 modal dari pihak swasta," ungkap Mari Elka.

Seperti Indonesia misalnya, Mari memaparkan hingga 2030 diperkirakan Indonesia butuh US$ 280 miliar untuk bisa melakukan aksi iklim sesuai target. Sejauh ini hanya 30% saja yang bisa dipenuhi dari anggaran negara.

"Kita membutuhkan US$ 280 miliar hingga 2030 untuk dapat menangani aksi iklim kita, itu belum berbicara tentang SDGs. Dari US$ 280 miliar (sekitar Rp 4.426 triliun), hanya 30% saja yang dapat berasal dari anggaran. Sisanya harus berasal dari sektor swasta, serta sumber-sumber lain," sebut Mari Elka.

Indonesia sendiri sudah memperkenalkan gerakan G20 Global Blended Finance Alliance (GBFA). Ini menjadi gerakan yang akan akan menghimpun pendanaan campuran dari berbagai pihak untuk menginisiasi ekonomi berkelanjutan dan proyek sustainable development growth (SDG) hingga aksi iklim.

"Izinkan saya mengingatkan semua orang tentang apa itu GBFA. Gerakan tersebut dimaksudkan untuk mengatasi kesenjangan pendanaan untuk aksi iklim dan SDGs," tegas Mari.

GBFA bakal memfasilitasi berbagai ide tentang keuangan campuran dan pengembangan kebijakannya. Gerakan ini akan menjadi organisasi global yang berupaya mendorong kemitraan, mencari solusi kelembagaan, serta keuangan untuk menciptakan ekonomi yang berkelanjutan (sustainable finance) serta menanggulangi masalah perubahan iklim.

Intinya, GBFA dibentuk untuk mendorong kesejahteraan bersama dan menjembatani kesenjangan antara pendanaan dan program perubahan iklim.


(hal/rrd)

Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork