PLN Godok Sumber Pembiayaan Target RI Bangun 75 GW Energi Bersih

COP 29 Azerbaijan

PLN Godok Sumber Pembiayaan Target RI Bangun 75 GW Energi Bersih

Eduardo Simorangkir - detikFinance
Selasa, 12 Nov 2024 18:46 WIB
Direktur Keuangan PT PLN (Persero), Sinthya Roesly
Foto: Eduardo Simorangkir
Baku - Ketersediaan dana pembangunan pembangkit listrik ramah lingkungan menjadi salah satu fokus yang dibahas pada sela gelaran COP29 di Paviliun Indonesia di Baku, Azerbaijan. Pendanaan menjadi sangat penting mengingat target pengurangan emisi harus terus diakselerasi demi mencegah terjadinya perubahan iklim.

Data PLN menunjukkan, butuh US$ 110 miliar atau sekitar Rp 1.716 triliun hingga 2030 untuk mendukung capaian target 75 gigawatt (GW) hingga 2040. Seperti diketahui, dalam rencana usaha penyediaan tenaga listrik (RUPTL) nya, PLN berencana membangun 75 GW energi terbarukan hingga 15 tahun ke depan.

"CEO kami bilang sekitar US$ 235 miliar dibutuhkan hingga tahun 2040. Tapi untuk sekarang saya kira untuk tahun-tahun berikutnya sampai 2030, kita butuh sekitar US$ 110 miliar." jelas Direktur Keuangan PT PLN (Persero), Sinthya Roesly dalam paparannya pada sela acara COP29 di Paviliun Indonesia, Baku, Azerbaijan, Selasa (12/11/2024).

Direktur Keuangan PT PLN (Persero), Sinthya RoeslyDirektur Keuangan PT PLN (Persero), Sinthya Roesly Foto: Eduardo Simorangkir

Sinthya menjelaskan, ada banyak sumber pendanaan yang bisa dimanfaatkan PLN untuk mengisi target investasi di energi terbarukan. Selain pendanaan yang bersumber dari publik melalui penerbitan green bonds, ada pula sejumlah model pembiayaan kreatif lainnya seperti kemitraan dengan lembaga keuangan internasional, program Accelerated Renewable Energy Development (ARED), partisipasi dalam Program Just Energy Transition Partnership (JETP), dan sejumlah skema lainnya.

"Indonesia memiliki apa yang disebut sebagai country manager untuk blended finance, yang dikelola oleh salah satu BUMN di bawah Kementerian Keuangan. Namun di sisi lain, ada juga aliansi keuangan perbankan global yang hadir untuk mengisi kesenjangan antara skema yang digerakkan oleh publik ini dan juga inisiatif platform global lainnya." kata Sinthya.

Inisiatif blended finance, yang menggabungkan modal komersial dengan bantuan atau sumbangan resmi juga akan menjadi bagian dari solusi. Tujuan utamanya adalah untuk meningkatkan pendanaan energi ramah lingkungan dan mendukung penghentian dini pembangkit listrik tenaga batu bara.

PLN sendiri telah menjalin kerja sama dengan lembaga keuangan internasional seperti Asian Development Bank (ADB) untuk mengatasi tantangan pendanaan dalam pengembangan energi terbarukan. PLN juga mempercepat pengembangan energi terbarukan dengan mengidentifikasi dan memprioritaskan proyek-proyek yang siap didanai lewat program ARED.

Salah satu pendekatan yang digunakan PLN agar bisa mendapatkan pendanaan tersebut adalah dengan mempersiapkan proyek yang tepat. Artinya, proyek yang dikerjakan tak semata hanya bersumber dari energi bersih saja, namun juga harus memiliki dampak dalam hal pembangunan ekonomi dan memperhatikan aspek lingkungan dan sosialnya.

"PLN sendiri, untuk pembiayaan, untuk pembiayaan hijau, misalnya, kami telah mengamankan sekitar US$ 2,9 miliar. Saat ini kami sedang berbicara dengan ADB (Asian Development Bank) untuk sekitar US$ 4,8 miliar untuk paket investasi ETM. Dan kami juga berbicara tentang JETP sekitar US$ 21 miliar. Namun, perlu ada kejelasan lebih lanjut tentang apa yang diharapkan dari kami." jelas Sinthya.

Sinthya mengatakan, sejauh ini pihaknya telah mendapatkan potensial pendanaan sekitar US$ 46,9 miliar untuk program transisi energi ini. Sumber pendanaan yang telah dan akan dikunci di antaranya yang bersumber dari World Bank, Asian Development Bank (ADB), JICA, JETP dan sejumlah lembaga internasional lainnya.

"Sebagian sudah ada tinggal proses, sebagian lagi sudah dalam negosiasi. Jadi sudah ada yang deal dan ada yang sedang dalam proses persiapan. Jadi total yang sudah kita identifikasi sekitar US$ 46,9 miliar tadi." jelasnya. (eds/ara)