Namun ada kekhawatiran listrik tambahan yang dihasilkan dari energi baru terbarukan hanya akan menambah surplus pasokan listrik di Indonesia. Ketua Delegasi Indonesia di COP 29, Hashim S. Djojohadikusumo sendiri menepis kekhawatiran tersebut.
Dia menjamin listrik dari energi terbarukan di Indonesia akan tetap terserap, sebab sudah banyak industri yang mulai mencari energi hijau dan ramah lingkungan. Pemerintahan yang baru dijalankan Presiden Prabowo Subianto pun, menurutnya akan berupaya keras menarik industri-industri baru masuk ke nusantara.
"Saya begini, ini kalau nanti ada ketersediaan energi terbarukan, ini salah satu tujuannya adalah menarik investasi dari luar negeri untuk industri-industri yang baru," ungkap Hashim di Kantor Delegasi RI pada COP 29 yang dihelat di Baku Olympic Stadium, Azerbaijan, Rabu (13/11/2024).
Penggunaan energi bersih pada industri di dunia sedang menjadi tren. Hashim mencontohkan adanya green steel alias besi baja yang diproduksi dengan energi hijau.
Nah bila Indonesia berhasil mengembangkan energi baru terbarukan secara masif, bukan tidak mungkin industri-industri tadi bersedia untuk menanamkan modalnya di Indonesia. Artinya, listrik dengan energi bersih sudah pasti memiliki permintaan yang besar.
"Mereka perlu, karena di tempat mereka sendiri sudah ada kekurangan. Indonesia bisa menyediakan green energy untuk menarik dan mendukung green steel. Dengan green energy yang kita bisa sediakan, 75 gigawatt, kita bisa mendukung industri-industri baru yang juga perlu industri bersih," beber Hashim.
Utusan Khusus Presiden Prabowo Subianto urusan Perubahan Iklim itu melanjutkan negara-negara Eropa sudah bersiap melakukan proteksi dagang untuk produk-produk industri yang tidak menggunakan energi bersih.
Hashim buka-bukaan ada rencana Uni Eropa menerapkan Cross Border Adjustment Mechanism (CBAM). Barang-barang yang diproduksi dengan energi fosil dan tidak ramah lingkungan kemungkinan akan mendapatkan bea masuk tambahan yang cukup besar untuk masuk negara-negara Eropa.
"Empat tahun tahun lagi, saya dengar bahwa Uni Eropa akan melakukan yang sistem namanya CBAM, Cross Border Adjustment Mechanism. Bagi industri-industri yang mau jual barangnya di Uni Eropa, itu harus bersih, clean," beber Hashim.
"Kalau tidak clean, dalam arti sumber listriknya dan powernya itu bukan dari industri terbarukan, akan dipungut tax atau pajak karbon itu yang berlaku di Eropa," pungkasnya. (hal/kil)