Beri Sindiran Keras, Prabowo Tagih Janji Negara Maju Kasih Pendanaan Iklim

Beri Sindiran Keras, Prabowo Tagih Janji Negara Maju Kasih Pendanaan Iklim

Herdi Alif Al Hikam - detikFinance
Kamis, 21 Nov 2024 10:41 WIB
Presiden Republik Indonesia Prabowo Subianto menghadiri Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 di Brasil. Foto: Laily Rachev - Biro Pers Sekretariat Presiden
Foto: Presiden Republik Indonesia Prabowo Subianto menghadiri Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 di Brasil. Foto: Laily Rachev - Biro Pers Sekretariat Presiden
Jakarta - Presiden Prabowo Subianto memberikan sindiran keras kepada negara maju di KTT G20. Dia menagih janji negara maju dalam mekanisme kredit karbon.


Kontribusi negara maju untuk mengambil kredit karbon bisa menjadi kompensasi bagi peran Indonesia dalam menjaga suhu bumi. Mengingat selama ini hutan di Indonesia dinilai sudah membantu mendinginkan suhu bumi.


"Kita telah berkontribusi selama bertahun-tahun untuk mendinginkan dunia. Kita dianggap sebagai paru-paru dunia. Namun, kita belum melihat janji-janji negara maju untuk berkontribusi pada kredit karbon," sebut Prabowo dalam pidato akhirnya di KTT G20 Brasil, ditulis Kamis (21/11/2024).


Menurutnya janji kontribusi negara maju pada kredit karbon selalu ditawarkan kepada Indonesia. Namun sampai kini belum ada realisasinya. Padahal potensi kredit karbon di Indonesia mencapai 557 juta ton carbon equivalent bisa dioptimalkan.


" Oleh karena itu, kita perlu komitmen berkelanjutan untuk mengimbangi peran hutan kita dalam menjaga suhu global. Indonesia terbuka untuk mengoptimalkan prospek kredit karbon Indonesia sebesar 557 juta ton," sebut Prabowo.


Sebelumnya, Menteri Lingkungan Hidup Hanif Faisol Nurofiq juga sempat buka-bukaan soal potensi kredit karbon di Indonesia yang cukup besar jumlahnya. Sejauh ini ada sekitar 577 juta ton kredit karbon dari perhitungan di 2014-2020 yang ada di Indonesia.


Menurutnya, potensi ini harus dikembangkan dengan mengajak kerja sama penurunan emisi dengan negara lain. Jumlah kredit karbon yang besar ini menjadi modal Indonesia untuk mengurangi emisi gas rumah kaca.


"Kita ada stok atau ada kredit karbon dari result based payment yang dilakukan mulai tahun 2014 sampai 2020 nilainya 577 juta ton CO2. Jadi ini hasil kerja kita bareng di seluruh Indonesia yang kami tangkap secara agregat dengan imagery satelit. Jadi dari citra satelit kita tangkap," jelas Hanif di Kantor Delegasi RI pada COP 29, Baku Olympic Stadium, Azerbaijan, Kamis (14/11/2024) yang lalu.


Namun, Hanif menegaskan mencari kontributor untuk menggunakan kredit karbon di Indonesia bukan berarti Indonesia hanya ingin meminta uang dari negara maju saja. Indonesia negara besar, melihat potensi kredit karbon yang ada, menurutnya hal itu bisa menjadi modal bersama untuk menurunkan gas rumah kaca dan memerangi perubahan iklim.


"Kita tidak minta bantuan, sekali lagi. Kita tidak minta uang, tetapi kita mengajak bekerja sama menurunkan emisi gas rumah kaca di dunia ini. Kita sudah punya kredit karbon 577 juta yang hari ini teman-teman kami minta untuk bergerak di luar sidang," papar Hanif. (hal/rrd)