Suparno memiliki dedikasi kuat dalam memberikan edukasi kepada masyarakat tentang kebersihan lingkungan dan sungai dari sampah. Suparno aktif terjun langsung dalam aktivitas pembersihan Sungai Ciliwung.
Ia juga aktif dalam berbagai kelompok dan komunitas antara lain Komunitas Peduli Ciliwung (aktif sejak 2015), Satuan Tugas Naturalisasi Sungai Ciliwung (aktif sejak 2019), dan menjadi founder Yayasan Regeneratif Alam Nusantara (REGEN) sejak tahun 2022. Yayasan REGEN yang didirikannya berupaya membangun pengelolaan sampah berkelanjutan dari rumah ke komunitas.
Sejak tahun 2015, Suparno memulai aksinya dalam upaya membersihkan daerah Sungai Ciliwung yang identik dengan sampah. Suparno rela meninggalkan pekerjaannya sebagai pekerja kantoran pada tahun 2019 untuk sepenuhnya menjadi River Defender Sungai Ciliwung.
Ia memiliki kebiasaan menyusuri Sungai Ciliwung beserta jalur cabangnya dari pagi hingga petang sambil membersihkan sampah yang mengotori aliran sungai. Suparno juga kerap membagikan aktivitas dan kegiatannya dalam pelestarian sungai lewat akun media sosialnya (@suparnojumar).
Kegigihan dan dedikasi Suparno Jumar telah dikenal masyarakat. Ia kerap dipercaya untuk menjadi pembicara dan pemimpin proyek pelestarian lingkungan. Pada tahun 2021, Suparno juga mendapatkan penghargaan "Lifetime Achievement Waste Warrior" dari Waste4Change pada ajang Award4Change 2021 atas dedikasinya dalam pelestarian lingkungan khususnya dalam pembersihan Sungai Ciliwung.
Pandawara Group
Ada pula Pandawara Group yang mendapatkan penghargaan ini. Pandawara Group memiliki beberapa program seperti Pancaranata, Manaharasa, Jaganadara, dan Jaga Bhumi.
Program Pancaranata berfokus pada meningkatkan kesadaran tentang pantai-pantai yang terkontaminasi sampah di Indonesia, dan Program Manaharasa berfokus pada meningkatkan kesadaran tentang pengolahan limbah dan memperbaiki fasilitas-fasilitas kebersihan di Indonesia.
Kedua program ini menyoroti kurangnya kesadaran lingkungan di kalangan masyarakat Indonesia karena faktor-faktor seperti terbatasnya pendidikan, prioritas ekonomi, lemahnya penegakan hukum, dan terbatasnya akses terhadap informasi.
Program-program di atas bertujuan untuk mengatasi masalah-masalah di atas melalui edukasi, penyediaan fasilitas pengelolaan sampah yang memadai, pengolahan sampah, keterlibatan masyarakat, dan kolaborasi lintas sektor.
Pandawara Group juga memiliki program Jaga Bhumi atau River Adopt yang berfokus untuk menjaga kebersihan sungai. Program ini menyoroti masalah kompleks pembuangan limbah yang meluas di sungai karena faktor-faktor seperti kurangnya kesadaran lingkungan, fasilitas limbah yang tidak memadai, dan penegakan peraturan yang buruk.
Langkah Pandawara untuk menjaga kebersihan sungai adalah dengan memasang penghalang sampah untuk secara fisik memblokir limbah di sungai, membentuk tim berisikan anak-anak muda untuk pemeliharaan sungai, dan menanggung biaya penuh dari upaya ini.
Selain program yang berfokus pada pelestarian wilayah pantai dan sungai, terdapat program Jaganadara yang bertujuan untuk memberikan dukungan kepada sekolah-sekolah yang membutuhkan, berfokus pada pendidikan dan awareness terhadap lingkungan.
Program ini menyoroti tantangan yang dihadapi oleh sistem pendidikan indonesia, seperti perubahan kurikulum, kualitas guru yang tidak setara, fasilitas sekolah yang tidak memadai, dan literasi siswa yang rendah.
Program ini bertujuan untuk mengatasi masalah-masalah ini dengan meningkatkan infrastruktur, meningkatkan sumber daya pengajaran, memfasilitasi pelatihan guru, dan mempromosikan pendidikan dan kesadaran lingkungan.
Masih dengan tujuan edukasi, terdapat program Ajaraksa yang ditujukan untuk siswa tingkat dasar hingga universitas. Program ini berfokus pada masalah lingkungan seperti perubahan iklim, polusi, dan pembangunan berkelanjutan.
Program ini dirancang untuk menarik, menggunakan metode seperti pemaparan materi, diskusi, dan kegiatan langsung seperti pembersihan sungai dan daur ulang. Ajaraksa bertujuan untuk menanamkan kesadaran lingkungan, mendorong praktik-praktik berkelanjutan, dan mempersiapkan generasi berikutnya untuk bertanggung jawab terhadap lingkungan.
Terakhir, ada sosok aktivis lingkungan yang juga menginspirasi. Berawal dari mengidap penyakit hepatitis A yang membuatnya tidak dapat beraktivitas selama dua bulan, Ratna Sutedjo kemudian merefleksikan apa makna hidupnya. Ia pun berniat akan hidup dekat dengan para penyandang disabilitas dan mengajak mereka bekerja untuk memperbaiki ekonomi mereka.
Dengan tujuan mengurangi stigma buruk terhadap hasil kerja penyandang disabilitas, sejak tahun 2004 hingga kini, Ratna berkolaborasi dengan para anggota Precious One dalam membuat karya-karya berkualitas seperti baju batik, sarung bantal, boneka jari, dan lainnya yang laris di pasar lokal hingga mancanegara, seperti Amerika dan Eropa. Pada tahun 2018 silam, Precious One juga dipercaya untuk membuat ratusan souvenir untuk para tamu Asian Games.
Precious One telah memberdayakan puluhan teman difabel dari berbagai komunitas, termasuk tuna netra, autis, tuna rungu, dan Down syndrome, serta berkolaborasi dengan ratusan teman difabel di Sidoarjo dan Mojokerto, Jawa Timur hingga Semarang dan Salatiga di Jawa Tengah.
(hns/hns)