Seperti diketahui, PLTGU Tambak Lorok ini terpaksa diputuskan dimatikan oleh Direktur Utama PLN saat itu Dahlan Iskan karena 'salah makan' alias menggunakan bahan bakar minyak (BBM), karena tidak adanya pasokan gas. Bila menggunakan BBM, maka negara akan rugi. Sementara jika dimatikan sebelum dapat gas, pasokan listrik di Jawa tetap aman karena beban listrik masih bisa didukung oleh pembangkit listrik lain di Jawa.
Manajer Komunikasi PT Power Indonesia Fanina Andini mengatakan, PLTGU Tambak Lorok kembali beroperasi dengan menggunakan gas sejak 12 Mei 2014.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ia menambahkan, pasokan Gas 50 BBTUD dialirkan dari lapangan Gundih-Pertamina EP melalui pipa yang dibangun dengan jarak 120 kilometer. Karena pada tahap awal pasokan gas hanya sekitar 10 BBTUD, PLTGU Tambak Lorok belum dapat mencapai beban maksimal. Selain itu terdapat beberapa mesin yang memerlukan penyesuaian dan pengetesan dengan menggunakan bahan bakar gas.
"PLTGU Tambak Lorok terdiri 2 blok, masing-masing blok terdiri dari gas turbine 3 x 109.5 Megawatt (MW) dan steam turbine 1 x 188 MW, sejak Oktober 2012 lalu dihentikan karena belum mendapat pasokan gas. Dengan beroperasinya PLTGU Tambak Lorok ini pasokan sistem Jawa Bali akan bertambah 465 MW dan penghematan sebesar Rp 292 miliar per tahun," tutup Fanina.
(rrd/dnl)