5 Sektor Ini Paling Diincar Investor Asing untuk Investasi di RI

5 Sektor Ini Paling Diincar Investor Asing untuk Investasi di RI

Dana Aditiasari - detikFinance
Kamis, 22 Okt 2015 18:37 WIB
Jakarta - Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) mencatat selama periode Juli-September 2015, ada 5 sektor paling diincar perusahaan asing untuk investasi di Indonesia. Salah satu yang paling diincar adalah sektor ketenagalistrikan.

"Listrik, gas, dan air realisasi investasinya di triwulan III (Juli-September 2015) sebesar US$ 1,1 miliar (Rp 14,3 triliun)," sebut Deputi bidang Pengendalian dan Pelaksanaan Penanaman Modal, BKPM, Azhar Lubis, di Kantor BKPM, Jakarta, Kamis (22/10/2015).

Dari 3 sektor yang masuk kelompok investasi tersebut, listrik tercatat memegang peran cukup signifikan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Catatan kami, untuk proyek listrik yang investasinya PMA dan sudah masuk tahap konstruksi relisasinya sudah Rp 16 triliun. Itu kalau diakumulasikan sekitar 8.800 megawat (MW). Sebagian ada yang dimulai tahun ini, sebagian lagi ada yang carry offer dari tahun lalu," jelas dia.

Azhar Lubisโ€Ž beranggapan, investor asing tertarik dengan keseriusan pemerintah untuk menggarap sektor industri paling vital tersebut.

"Catatan saya, ternyata minat investasi di listrik sangat besar. Karena, kemana-mana kan Presiden kalau kemana-mana selalu membicarakan soal listrik. Baik untuk saat sekarang maupun yang akan datang. Jadi memang responnya cukup positif,"โ€Ž sambung dia.

Bila dirinci, sektor yang paling banyak diincar oleh investor asing selain listrik, gas, dan air, kata Azhar adalah pertambangan, perumahan dan properti, perdagangan logam, mesin, dan elektronik, dan beberapa kelompok industri lainnya.

Realisasi investasi PMA periode Juli-September 2015 diantaranya:

  • Listrik, gas, dan air US$ 1,1 miliar (Rp 14,3 triliun)
  • Pertambangan US$ 0,9 miliar (Rp 11,7 triliun)
  • Perumahan, Kawasan Industri dan Perkantoran US$ 0,8 miliar (Rp 10,4 triliun)
  • Industri Logam Dasar, Barang Logam, Mesin dan Elektornik US$ 0,7 miliar (Rp 9,1 triliun)
  • Industri Kimia Dasar, Barang Kimia dan Farmasi US$ 0,6 miliar (Rp 7,8 triliun).
(dna/rrd)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads