Medco Belum Berencana Evakuasi Karyawan di Libya

Medco Belum Berencana Evakuasi Karyawan di Libya

Angga Aliya ZRF - detikFinance
Senin, 21 Feb 2011 17:46 WIB
Medco Belum Berencana Evakuasi Karyawan di Libya
Jakarta -

PT Medco Energi International Tbk (MEDC) belum akan mengevakuasi karyawannya yang saat ini berada di Libya. Sementara sejumlah perusahaan migas di Libya sedang berupaya mengevakuasi karyawannya yang ada di tempat tersebut.

"Kami masih melakukan monitor untuk perkembangan terakhir di sana (Libya). Semua karyawan kami masih di sana, kami belum akan evakuasi," kata Sekretaris Perusahaan Medco, Cisca Alimin ketika dihubungi detikFinance, Senin (21/2/2011).

Ia menyatakan, situasi di tempat eksplorasi perseroan di Libya tidak terlalu mengkhawatirkan. Dengan demikian, perseoran masih akan terus melakukan pengawasan lebih lanjut sebelum mengambil langkah selanjut.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Kami monitor terus situasi di sana, kalau ada perkembangan lanjutan pasti akan kami umumkan," tambahnya.

Sayangnya, ia tidak menyebut jumlah karyawan Medco yang berada di negeri yang kaya akan minyak tersebut. Namun, jumlahnya jauh lebih sedikit ketimbang karyawan perseroan di dalam negeri.

"Kami kan belum mulai produksi, masih eksplorasi. Jadi tidak terlalu banyak karyawan di sana (Libya)," ujarnya.

Tahun lalu, Medco mengalokasikan dana sebesar US$ 78 juta untuk kegiatan eksplorasi di blok 47 Libya. Medco dan partnernya mengebor lima sumur yang terdiri dari tiga sumur ekplorasi dan dua appraisal.

Dana untuk mengebor masing-masing sumur sekitar US$ 8 juta. Tahun lalu, Medco dan mitranya sudah mengebor 21 sumur di sana yang terdiri dari 17 sumur eksplorasi dan 4 sumur appraisal.

Sejumlah perusahaan asing yang beroperasi di Libya sudah siap-siap melakukan evakuasi. Seperti dikutip dari AFP, Senin (21/2/2011), perusahaan migas asal Inggris, British Petroleum (BP), sedang melakukan berbagai persiapan untuk mengevakuasi beberapa stafnya yang berada di Libya.

"Kami hanya mengawasi situasi (di Libya) dan membuat persiapan untuk mengevakuasi staf dan keluarganya dalam beberapa hari ke depan," kata juru bicara BP.

Raksasa migas itu memiliki sekitar 140 staf di Libya, kebanyak berada di Tripoli. Sekitar 40 diantaranya merupakan staf asing.

Beberapa karyawan yang sudah siap dievakuasi merupakan para pengebor di Libya bagian barat, Ghadames. Namun, rencana evakuasi ini terpaksa ditunda.

"Butuh waktu yang sangat lama untuk mencapai produksi, kami bahkan belum mengebor satu sumur pun di sana," jelasnya.

Krisis di Libya tersebut juga telah membuat harga minyak mentah dunia melambung tinggi. Pada perdagangan Senin di pasar London, minyak Brent melonjak hingga level US$ 105 per barel.

Seperti diketahui, situasi di Libya saat ini semakin tak terkendali. Para demonstran telah menguasai sejumlah pangkalan militer, senjata dan tank-tank tempur. Putra pemimpin Libya, Muammar Khadafi, Saif al-Islam Gaddafi pun mengingatkan, perang saudara di negeri itu akan menghancurkan kekayaan minyak Libya.

Puluhan orang dikabarkan tewas karena situasi yang semakin memanas itu. Alhasil, harga minyak mentah dunia kembali melonjak seiring memanasnya situasi tersebut.

(ang/qom)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads