Demikian disampaikan oleh Deputi Perencanaan BP Migas Haposan Napitupulu dalam keterangan dari situs BP Migas, Senin (15/8/2011).
"Realisasi semester pertama dari sektor hulu migas mencapai US$ 17 miliar dari yang ditargetkan US$ 16,5 miliar," jelasnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kebocoran pipa Chevron ini ternyata memberi dampak pada turunnya produksi minyak RI di 2011. Mengingat lapangan tersebut merupakan tempat yang memproduksi minyak terbesar di Indonesia.
"Ketika dioperasikan kembali tingkat produksi menurun, sehingga secara nasional produksi minyak tahun 2011 turun drastis," katanya.
Dilanjutkan olehnya, hingga Juli 2011 rata-rata produksi minyak Indonesia berada pada 904 ribu barel perr hari (bph). Ini masih jauh di bawah target produksi dalam APBN-P 2011 sebesar 945 ribu bph.
Untuk mencapai tarhet tersebut, maka mulai Agustus hingga Desember 2011, produksi minyak harus dapat mencapai 980 ribu bph.
"Berbagai langkah harus dilakukan, salah satunya mengoptimalkan lapangan yang produksinya di bawah 5.000 barel minyak per hari," pinta Haposan.
Seperti diketahui, pada September 2010 lalu pipa minyak yang dioperasikan oleh PT Transportasi Gas Indonesia (TGI) pecah, sehingga tiga KKKS harus menghentikan produksinya selama beberapa hari karena pipa minyak tersebut tidak dapat menyalurkan minyak ke tanki penampung Dumai.
Ketiga Kontraktor KKS tersebut adalah PT Chevron Pascific Indonesia, PT BOB Bumi Siak Pusako, dan PT SPR Langgak.
Mengacu pada perencanaan yang disusun Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, kebutuhan energi Indonesia pada tahun 2025 adalah sebesar enam juta barel ekuivalen minyak per hari (BOEPD). Apabila produksi minyak dan gas bumi konstan yaitu 2.300.000 BOEPD seperti saat ini, pada tahun 2025 migas hanya akan mensuplai kebutuhan energi sebesar 28% saja, atau turun dari posisi saat ini sebagai pemasok 77% kebutuhan energi nasional.
Haposan mengatakan, yang menjadi pertanyaan adalah, apakah dalam waktu 15 tahun sumber energi lain dapat dikembangkan agar mampu memenuhi 72% kebutuhan energi tahun 2025? Saat ini energi lain hanya mendukung 23% kebutuhan energi.
"Didasarkan pada kenyataan ini, kegiatan usaha hulu migas harus dimaksimalkan sebagai usaha untuk memenuhi kebutuhan energi nasional," ungkapnya.
(nrs/dnl)











































