Hal tersebut diungkapkan Bambang Dwiyanto, selaku Manajer Komunikasi Korporat PLN, Jakarta, Rabu (21/9/2011).
"PLTA Saguling Cirata ini debit airnya (dari sungai Cirata) sedang turun hampir 50% karena kemarau. Sehingga pembangkit yang biasanya beroperasi 24 jam saat ini menjadi beroperasi pada malam hari, atau pada saat beban puncak listrik berlangsung," jelas Bambang.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Tapi ini tidak mengganggu sistem kelistrikan Jawa-Bali, karena ada beberapa PLTU (Pembangkit Listrik Tenaga Uap) di pulau jawa yang meng-handle kelistrikan Jawa-Bali," yakinnya.
Bambang juga mengatakan, meski saat ini sedang memasuki musim kemarau, selama empat hari ke belakang hujan sempat menyirami wilayah kota Bandung. Sehingga, tumpahan air hujan yang melewati sungai Cirata diharapkan dapat menambah debit air yang ada. Agar daya listrik yang dihasilkan PLTA Saguling Cirata dapat bertambah.
Pada Maret 2011 lalu pihak PLN juga sempat menyampaikan bahwa PLTA Saguling Cirata kehilangan daya listrik hingga 1.300 MW akibat turunnya debit air sungai Cirata.
(nrs/qom)