Bos Petral Pasrah Mau Dibubarkan Dahlan Iskan

Laporan dari Singapura

Bos Petral Pasrah Mau Dibubarkan Dahlan Iskan

- detikFinance
Kamis, 23 Feb 2012 15:24 WIB
Singapura - Presiden Direktur Pertamina Energy Trading LTD (Petral) Nawasir kini menjadi orang yang disorot terkait isu mafia impor minyak di perusahaannya.

Ia menyerahkan nasib anak usaha Pertamina itu kepada pemerintah, termasuk soal keinginan pembubaran Petral oleh Menteri BUMN Dahlan Iskan.

Meski demikian, Nawasir mengaku belum pernah diberikan kesempatan untuk menjelaskan semua isu miring yang menerpa Petral, terutama terkait isu mafia impor minyak.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Kita belum diberitahu, belum diberikan kesempatan bagaimana Petral sekarang," ujar Nawasir saat ditemui di Kantornya, Singapura, Rabu (23/2/2012)

Menurutnya jika pemerintah menginginkan perusahaan ini kembali masuk ke Indonesia atau dibubarkan itu tergantung pemerintah. Ia menegaskan Petral terus berupaya untuk memenuhi kebutuhan bahan bakar minyak di Tanah Air.

"Kalau mau ditarik lagi itu kan keputusan pemerintah, pemegang saham," jelasnya.

Nawasir mengaku semenjak adanya tudingan dari Menteri BUMN Dahlan Iskan terkait isu mafia impor, ada beberapa bank yang selama ini bekerjasama dalam penjaminan impor (L/C) meminta penjelasan kepada pihak Petral.

"Perbankan yang memberikan L/C US$ 3,5 miliar itu menanyakan bagaimana statement itu, mereka mempertanyakan. Hal ini memberikan signal yang kurang baik," ungkapnya.

Nawasir menjelaskan kepada pihak yang mempertanyakan masalah itu bahwa sampai saat ini belum ada arahan dari Direktur Pertamina dan masih dalam kajian. "Kita minta penjelasan dulu, belum ada guidence dari CEO Pertamina, Kita koordinasi, itu masih dalam kajian, selama ini kan masih pandangan Pak Dahlan (Menteri BUMN)," ujarnya.

Nawasir menyatakan isu itu harus segera diatasi. Pasalnya, suatu kepercayaan sangat dibutuhkan dalam perusahaan perdagangan seperti Petral untuk mendapatkan pendanaan.

"Buat suatu trading company yang bagus untuk impor, itu butuh financing. Dalam hal ini butuh kepercayaan di jantungnya trading, sayang kalau tidak dimanfaatkan. Kalau memang manajemen tidak bagus maka bisa diperbaiki," pungkasnya.

Sebelumnya Dahlan Iskan sering mendengar isu yang menyatakan Petral dipakai sebagai tempat korupsi. "Apakah ada permainan atau tidak. Saya juga menanyakan statusnya, kenapa Pertamina punya anak perusahaan di Singapura?" tegas Dahlan beberapa waktu lalu usai menemui Dirut Pertamina Karen Agustiawan

Ada isu juga yang mengatakan Petral sulit dikontrol karena berada di Singapura dan banyak tuduhan adanya kongkalikong dengan pihak tertentu dengan cara mengambil keuntungan ada setiap barel BBM yang dibeli Petral.

Petral merupakan anak usaha Pertamina yang berbasis di Singapura. Petral kerap membeli minyak mentah dari Pertamina yang tidak bisa diolah di dalam negeri. Minyak mentah tersebut dijual di Singapura dan dibeli negara-negara yang membutuhkan. Petral juga melakukan impor BBM untuk keperluan Pertamina di dalam negeri.

"Ada tuduhan bahwa ada komisi yang diterima orang-orang tertentu berapa dolar per barel," jelas Dahlan.

Dahlan pun bertanya kepada Karen apakah lebih baik jika Petral ini dibubarkan saja daripada mengganggu citra Pertamina.

"Akhirnya saya sudah bicara keberadaan Petral ini. Saya tanya lah ke Dirut kalau dibubarkan gimana? Kita bubarkan saja. Daripada ganggu citra Pertamina dan ganggu nama baik," tegas Dahlan.

Mendengar ucapan Dahlan, Dirut Pertamina Karen Agustiawan setuju Petral dibubarkan. Namun Karen mempertanyakan jika Petral dibubarkan maka siapa yang akan menggantikan tugas mengimpor BBM, Karen tak mau tugas Petral dikembalikan seperti Pertamina zaman dulu.

Sebelum ada petral, tugas-tugas membeli minyak mentah di kilang dan BBM dari luar negeri ditangani 2 direktur Pertamina. Namun saat ini direktur Pertamina tidak setuju tugasnya kembali zaman dulu, karena justru lebih sulit kontrolnya dan bisa merusak citra.

"Petral dibubarkan silakan kata Dirut. Tapi ada opsi juga Petral tetap ada tapi ditarik dalam negeri tapi jangan jadi anak usaha Pertamina. Kalau ditarik jadi anak usaha pasti kebawa-bawa lagi," papar Dahlan.


(nia/hen)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Hide Ads