Demikian kutipan buku 'Migas dan Energi di Indonesia; Permasalahan dan Kebijakan' hasil tulisan Almarhum Widjajono Partowidagdo yang dikutip detikFinance, Senin (23/4/2012).
Pada buku tersebut, Widjajono menggambarkan betapa mahalnya harga BBM. Sebagai perbandingannya, biaya listrik dari pembangkit berbahan bakar batubara adalah 6 sen dolar per kwh, sementara dari BBM (dengan harga solar Rp 7.200 per liter) adalah 24 sen dolar per kwh.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Bahkan, lanjur Widjajono, Iran sebagai negara kaya minyak (cadangan minyak 137,5 miliar barel dan produksi 4,3 juta barel per hari di 2006), berusaha menggunakan nuklir untuk listriknya, BBG untuk transportasi, serta elpiji dan gas kota untuk memasak.
Iran berusaha untuk mengekspor minyak sebanyak mungkin karena hal tersebut adalah yang paling menguntungkan. Demikian pula Norwegia. walaupun negara tersebut memproduksi minyak sebesar 2,8 juta barel per hari pada 2006, namun pemakaian minyak domestiknya hanya 200 ribu barel per hari, yaitu hanya untuk transportasi. Untuk listrik, negara ini menggunakan tenaga air.
Perlu dicatat, cadangan minyak Indonesia di 2006 mencapai 4,3 miliar barel atau hanya 0,36% dari cadangan minyak dunia. Di 2011 jumlah cadangan minyak Indonesia tinggal 3,9 miliar barel atau akan habis dalam 12 tahun.
Namun Indonesia mempunyai 1,4% cadangan gas dunia, lalu 3,1% cadangan batubara dunia. dan 40% cadangan panas bumi dunia dimiliki Indonesia.
Widjajono mengatakan, seharusnya Indonesia beruntung dengan kanaikan harga minyak dan harga pangan karena kita mempunyai beragam energi dan lahan yang luas. "Yang diperlukan adalah mengurangi pemakaian BBM dengan menggunakan energi lain seperti pembangkit listrik dengan batubara dan panas bumi, transportasi dengan BBG dan biofuel, untuk memasak dengan elpiji dan gas kota," kata Widjajono.
Dia pun menyindir perbankan nasional yang enggan mengucurkan kredit ke sektor migas di Indonesia karena belum mengenalnya. Menurutnya, perlu ada pertemuan stakeholder migas (pengusaha, pemerintah, kadin, dan pakar) dengan bank untuk meningkatkan investasi di bidang migas.
(dnl/ang)